Mata uang kripto yang akan diluncurkan Facebook tahun depan
telah menyedot perhatian dunia. Kekhawatiran akan merebaknya dampak negatif
dari alat pembayaran itu memaksa pelaku keuangan dan regulator untuk waspada.
Saat ini hampir semua pemerhati masalah keuangan menolehkan
pandangannya ke Facebook, sebuah media sosial yang dimiliki hampir sepertiga orang
di dunia. Bukan untuk memeloti status yang bersliweran di linimasa mereka,
namun kepada rencana perusahaan jejaring sosial itu yang ingin membuat mata
uang digital sendiri.
Facebook –bermula dari ‘mainan’ Mark
Zuckerberg untuk menghubungkan teman-teman kampusnya dalam sebuah jaringan,
telah berubah menjadi perusahaan raksasa yang pada 2019 bernilai 45 miliar
dollar AS (setara dengan Rp630 triliun lebih, atau seperempat APBN 2019).
Setelah berhasil menempelkan
beragam aplikasi pada Facebook, nampaknya Mark menginginkan sesuatu yang lebih
besar lagi: alat pembayaran untuk digunakan pada aplikasi-aplikasinya.
Disebut-sebut, bahwa Mark terinspirasi oleh perkembangan cryptocurrency setelah mata uang digital pertama, Bitcoin, dirilis
pada 2009 dan dibayangkan sebagai jenis uang baru yang tidak dikendalikan oleh
otoritas keuangan.
Meski menampiknya, kehadiran mata
uang yang dinamakan Libra, bakal membuat Facebook dengan pengguna 2,6 miliar di
seluruh dunia, menjadi lembaga penyedia jasa transaksi keuangan terbesar di
jagad. Sebagai pembanding, pengguna mata uang dollar AS saat ini diprediksi
tidak sampai 1 miliar orang, sementara pengguna yuan mungkin hanya sekitar 1,3
miliar orang lebih sesuai penduduk China. Dengan skenario paling pesimistis
saja, yaitu hanya 10 persen dari jumlah anggota yang memanfaatkan Libra, maka
Facebook akan menjadi ‘bank’ terbesar sejagad.
Untuk merealisasikan rencana ini,
Facebook menggandeng puluhan entitas bisnis lain yang namanya sudah cukup
mentereng. Di bidang saluran pembayaran global setidaknya ada Mastercard, Visa
dan Paypal. Di sektor perdagangan elektronik ada e-Bay, Booking Holding, Uber
Technologies. Di bidang telekomunikasi adal Vodafone dan Iliad. Di industri
blockchain ada Anchorage, Bison Trails, Coinbase, Inc., Xapo Holdings Limited.
Di modal ventura ada Andreessen Horowitz, Breakthrough Initiatives, Ribbit
Capital, Thrive Capital, Union Square Ventures. Dan masih ada banyak lagi yang
sedang dijajaki yang jumlahnya konon akan mencapai 100 entitas.
Semua entitas itu kemudian mendirikan
asosiasi yang membawahi Libra, yang tujuannya memperkuat transaksi dan keamanan
uang digital itu. Juga menjadi penyokong utama permodalan dari Libra.
Asosiasi ini akan mengatur Libra,
termasuk melakukan tindakan yang diperlukan agar nilainya tetap stabil. Dengan
jumlah anggota yang mencapai 100, bisa diharapkan tidak ada tindakan ilegal
yang merusak dengan sebab semua anggota akan saling mengawasi.
Setiap kali orang menukarkan uang
ke Libra, maka uang tersebut akan masuk ke dalam dana jaminan Libra dan sekian
Libra (sesuai dengan jumlah uang yang ditukarkan) akan diterbitkan. Sebaliknya
jika Libra ditukarkan ke mata uang biasa, maka Libra yang ditukarkan tersebut
akan dihancurkan (dikeluarkan dari peredaran) sehingga jumlah Libra yang
beredar akan selalu sesuai dengan dana jaminan yang disimpan.
Dengan adanya stabilitas maka
pedagang tidak akan ragu untuk menerima pembayaran dengan Libra. Tidak seperti
mata uang kripto lainnya, yang hari ini bisa bernilai 100 dan besok terjun
bebas ke 20.
Resistensi Terbit
Akan tetapi, rencana dari Zuckerberg
dan kawan-kawan untuk meluncurkan revolusi pembayaran online dinilai akan membawa
banyak risiko. Kekhawatiran yang menyeruak di antaranya adalah kecenderungan monopoli
hingga ancaman yang mungkin ditimbulkannya terhadap stabilitas keuangan.
Libra yang dinilai berpotensi jadi
mata uang dunia, tentu akan mengancam bank-bank, pemerintahan, dan lembaga
keuangan. “Ini benar-benar mengancam pemerintah yang mengeluarkan mata uang,
bank-bank yang menyimpannya, dan jaringan transmisi yang sebenarnya," kata
Tally Jason Brown, seorang CEO dari aplikasi pembayaran utang otomatis, dikutip
dari CNBC, Rabu (26/6). “Orang-orang tidak mengerti bagaimana ini bisa
mengganggu jika benar-benar diluncurkan,” lanjut Brown.
Dia memprediksi, setelah Libra
resmi dirilis pada 2020, nanti tata cara pengiriman dan pembayaran uang
tradisional, seperti membayar tagihan, akan bekerja lambat. Tapi kabar baiknya,
peluncuran Libra membantu orang mendapatkan uang dengan cepat dari belahan
dunia mana pun. "Libra akan dengan cepat menjadi cara utama orang
mendapatkan uang dari negara-negara dunia," ungkap Brown.
Tidak cuma itu, keraguan mengenai
proyek cryptocurrency milik Facebook
juga muncul dari otoritas moneter negerinya sendiri. Gubernur The Federal
Reserve Jerome Powell di depan kongres pada pertengahan Juli lalu mengatakan
Libra telah mengangkat sejumlah keprihatinan serius terutama terkait dampak
negatif yang ditimbulkannya. “Libra menimbulkan banyak keprihatinan serius
mengenai privasi, pencucian uang, perlindungan konsumen dan stabilitas
keuangan," kata Powell kepada anggota parlemen di sidang Komite Jasa
Keuangan di Washington. "Ini adalah masalah yang harus ditangani secara
menyeluruh dan terbuka sebelum melanjutkan."
Powell melanjutkan bawah potensi penggunaan
cryptocurrency Facebook yang sangat
luas meningkatkan kemungkinan bahwa hal itu dapat menimbulkan ancaman bagi
sistem keuangan yang lebih luas. “Jika ada masalah di sana terkait dengan
pencucian uang atau pendanaan teroris - hal-hal yang kita semua fokuskan,
termasuk perusahaan - mereka akan naik ke tingkat yang penting secara sistemik
hanya karena ukuran jaringan Facebook semata," Kata Powell.
Dia mengatakan The Fed tidak
ingin mencegah inovasi keuangan. "Kami hanya ingin itu terjadi dengan cara
yang aman dan sehat," katanya.
Sementara itu nada yang keluar
dari pemerintahan Presiden Trump juga tak kalah keras. Dalam sebuah pengarahan
di Gedung Putih, Mentri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan cryptocurrency menjadi ancaman keamanan nasional karena ia dapat
digunakan untuk mendanai kegiatan ilegal. Dia juga mengatakan bahwa pemerintahanTrump
tidak nyaman dengan rencana Facebook untuk memulai proyek mata uang digital.
Sebelumnya komentar serupa juga
diutarakan oleh Presiden Trump, yang mengatakan dalam serangkaian posting
Twitter awal Juli bahwa dia "bukan penggemar" cryptocurrency dan bahwa nilainya berfluktuasi dan
"berdasarkan pada udara tipis." Bahkan Trump memperingatkan Facebook
bahwa entitas itu harus menemukan aturan lembaga keuangan dan mengikuti semua
peraturan bank jika ingin berada dalam bisnis mata uang digital.
Desty Damayanti, Deputi Gubernur
Senior Bank Indonesia yang baru terpilih, menyiratkan nada positif ketika
diminta pendapatnya ketika uji kelayakan dan kepatutan di depan parlemen awal
Juli. Mata uang virtual, ujar dia memang tidak bisa dihindari apalagi di tengah
perkembangan teknologi saat ini. “Untuk cryptocurrency enggak bisa dihindari baik Bitcoin ataupun Libra. Bank sentral
Eropa lihat Libra ini belum jelek posisinya," ujar Destry.
Pendapat itu berbeda dengan suara
dari otoritas moneter itu beberapa waktu sebelumnya. Gubernur BI Perry Warjiyo,
Juni, mengatakan akan meneliti dan mengkaji lebih lanjut soal Libra, tetapi dia
menegaskan uang digital itu tidak bisa jadi alat pembayaran di Indonesia.
Belum Sempurna
Merebaknya kengerian mengenai
Libra memang beralasan. Di samping memang menyimpan dampak negatif yang tak
terelakkan, produk cryptocurrency itu
juga diakui belum sempurna. Bahkan untuk isu yang kedua, pihak Facebook sendiri
mengakuinya, meski berjanji akan melakukan serangkaian perbaikan untuk menangkal
segala kontroversi dan kekhawatiran yang menyertainya.
"Kami tahu kami perlu
meluangkan waktu untuk memperbaikinya," David Marcus, salah seorang eksekutif
Facebook, mengatakan dalam kesaksian yang dirilis menjelang sidang Komite
Perbankan Senat seperti dikutip di laman resmi New York Times. "Dan saya
ingin menjadi jelas: Facebook tidak akan menawarkan mata uang digital Libra
sampai kami sepenuhnya mengatasi masalah regulasi dan menerima persetujuan yang
sesuai."
Facebook telah mendesain Libra yang
akan dijalankan oleh asosiasi yang bermarkas di Swiss yang berisi setidaknya
seratus perusahaan dan mitra lainnya, bukan hanya Facebook sendiri. Oleh sebab
itulah, tidak seperti cryptocurrency
yang pernah mencuat sebelumnya seperti Bitcoin, etherium dan sejenisnya, Libra
akan lebih masif penyebarannya. Dan tentunya akan lebih besar dampaknya.
Sekilas Libra
Berdasarkan dokumen registrasinya, tujuan dari penerbitan
Libra Network adalah menyediakan layanan di bidang keuangan dan teknologi,
serta mengembangkan dan memproduksi perangkat lunak dan infrastruktur terkait,
terutama yang berkaitan dengan kegiatan investasi, operasi pembayaran,
pembiayaan, manajemen identitas, analisis data, big data, blockchain dan teknologi
lainnya.
Pada Mei 2019, dilaporkan bahwa
Facebook telah merekrut dua mantan karyawan Coinbase. Keduanya bernama, Mikheil
Moucharrafie dan Jeff Cartwright, yang merupakan pegawai-pegawai di bidang kepatuhan
(compliance). Pada akhir Mei 2019,
muncul kabar bahwa cryptocurrency
Facebook itu akan diluncurkan pada kuartal pertama 2020, di 12 negara yang
berbeda.
Disebutkan
juga bahwa tujuan dari Libra adalah sebagai stablecoin. Alih-alih hanya
didukung oleh satu mata uang tunggal, cryptocurrency tersebut akan dipatok ke
beberapa mata uang yang berbeda untuk mencegah fluktuasi harga. Libra
diharapkan dapat ditransfer melalui produk-produk seperti Facebook Messenger
dan WhatsApp, dengan biaya nol.
(dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar