Struktur pasar akan menghambat transmisi penurunan BI Rate
kepada penurunan bunga kredit, di samping secara historis bank juga lama
merespons penurunan itu dengan pemangkasan bunga kredit. Meski begitu, sudah
ada beberapa bank yang berjanji akan secepatnya menurunkan bunga kredit.
Setelah hampir berulang tahun di level yang sama, akhirnya
suku bunga acuan dikerek juga oleh Bank Indonesia. Meskipun momen penurunan BI
Rate berbarengan dengan tragedi Bom Sarinah, yang membuat gaungnya kalah santer
dengan aksi teroris itu, namun banyak pihak optimistis bahwa kebijakan itu akan
bertahan lebih lama ketimbang peristiwa bom.
Langkah penurunan bunga acuan memang sudah beberapa bulan
belakangan dinantikan publik, terutama setelah Bank Sentral AS menurunkan Fed
Fund Rate Desember lalu yang membuat ruang pelonggaran moneter makin terbuka.
Bahkan sejak pertengahan tahun lalu, pemerintah melalui Wakil Presiden Jusuf
Kalla juga sudah berulang kali mendesak BI untuk segera menurunkan bunga agar
pelaku ekonomi lebih leluasa bergerak. Namun otoritas moneter nampaknya baru
mewujudkan keinginan pemerintah bulan lalu setelah semuanya dianggap aman,
malahan BI akan melanjutkan pelonggaran moneter ini.
“Pelonggaran lebih lanjut akan dilakukan setelah dilakukan
asesmen menyeluruh terhadap perekonomian domestik dan global dengan tetap
menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Tirta Segara, juru
bicara BI dalam keterangannya.
Akan tetapi yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah
kebijakan penurunan bunga acuan ini bisa membuat bank-bank segera menurunkan
bunga kredit, seperti yang diinginkan pelaku usaha. Untuk menjawabnya memang
tidak mudah, apalagi ketika melihat kebiasaan bank-bank di Indonesia yang tidak
lantas menurunkan bunga kreditnya, tidak seperti pada bunga simpanan, meski BI
sudah menurunkan bunga acuan. Data historis membuktikan bahwa penurunan BI Rate
seringkali tidak direspons bank sesuai harapan khalayak ramai.
Saat BI Rate turun, kebanyakan
bank justru menahan suku bunga kreditnya atau turun sedikit dengan tetap
menjaga rentang spread suku bunganya
(selisih suku bunga kredit dengan suku bunga deposito). Pada tahun 2009
misalnya. Meski BI Rate telah dipangkas hingga 275 basis poin sepanjang tahun
itu, suku bunga kredit perbankan hanya turun tipis. Rata-rata suku bunga kredit
secara agregat, yakni rata-rata suku bunga kredit modal kerja, kredit
investasi, dan kredit konsumsi, hanya mampu turun 85 basis poin saja. Penurunan
tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan penurunan BI Rate dan suku bunga
deposito 1 bulan.
Struktur pasar kredit yang
cenderung terkonsentrasi juga berdampak pada keengganan bank menurunkan suku
bunga kreditnya. Sekitar 63,17 persen kredit mengalir dari 10 bank terbesar di
Indonesia. Hal itu bisa jadi menjadi faktor yang menyebabkan pemangkasan BI
Rate tidak diikuti oleh turunnya suku bunga kredit. Bahkan spread cenderung makin lebar saat BI Rate turun. Mengacu pada data
historis, pada periode 2006-2007 misalnya. Saat BI Rate terus turun dari posisi
12,75 persen ke 8,25 persen, spread rata-rata
suku bunga rupiah naik dari 4,63 persen hingga 6,93 persen. Dan pada 2009-2010,
saat BI Rate terpaku pada angka 6,50 persen selama 18 bulan, spread suku bunga
rupiah pun sempat naik dari 6,60 persen hingga 7,63 persen, untuk kemudian turun
perlahan-lahan. Pada 2011, spread cenderung konstan mengikuti pergerakan BI
Rate. Hal yang berbeda terjadi pada spread
rata-rata suku bunga dollar AS saat itu, yang cenderung fluktuatif.
Respons Berbeda
Hal itu menemui kenyataan ketika
bank-bank nampaknya enggan untuk menurunkan suku bunga kredit atau kalaupun
diturunkan paling cepat tiga bulan ke depan. Seperti yang direncanakan oleh
Bank Mandiri. Bank dengan aset tergemuk ini mengatakan belum akan langsung
menurunkan bunga kredit dalam waktu dekat, meskipun BI Rate sudah turun 25
basis poin menjadi 7,25 persen. “Kita mungkin baru akan menyesuaikan pada
kuartal II," kata Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Kartika
Wirjoatmodjo.
Keputusan soal bunga kredit, kata dia, harus
mempertimbangkan kondisi likuiditas dan deposito terlebih dahulu. Pada kuartal
pertama, di Mandiri, kecenderungan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih
lambat. “Kalau pertumbuhan deposito masih lambat, itu sulit bagi kita untuk
menurunkan bunga kredit," kata Kartika.
Salah satu faktor yang bisa menopang pertumbuhan deposito
bank saat ini adalah realisasi proyek-proyek besar yang digaungkan pemerintah
sejak tahun lalu.
“Kita berharap smoga percepatan pelaksanaan proyek-proyek
ini bisa lebih cepat sehingga nanti pertumbuhan DPK membaik dan depositnya
juga, bunga bisa turun kredit bisa disesuaikan. Tapi biasanya ada timeline sekitar 3-6 bulanan," kata
dia.
Dalam memutuskan untuk menurunkan
bunga kredit, bank tidak hanya mempertimbangkan bunga acuan sebagai
satu-satunya faktor penentu. Akan tetapi hal itu memang akan menekan biaya dana
(cost of fund) dan biaya dana yang
siap dipinjamkan (cost of loanable fund/COLF)
bank.
Biaya dana didapat dengan menjumlahkan
seluruh biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan penghimpunan dana (funding) dibagi dengan total dana yang
dihimpun bank pada tahun yang sama. Karena bunga untuk funding biasanya akan cepat menyesuaikan begitu ada perubahan BI
Rate maka biaya dana otomatis juga akan turun.
Sementara itu, perhitungan COLF
adalah dengan memasukkan biaya penempatan dana pada giro wajib minimum di BI
pada angka cost of fund. Setelah tahu
angka biaya dana yang siap dipinjamkan maka bank akan menambahkan dengan
biaya-biaya atau angka lainnya untuk kemudian menjadi suku bunga dasar kredit.
Di antaranya adalah profit margin,
pajak atas profit margin, cadangan,
dan biaya overhead dan tenaga kerja.
Saat ini, sebagai imbas dari
tahun lalu, bank tampaknya masih mengeluarkan biaya yang cukup signifikan dalam
persaingan mendapatkan likuiditas. Bahkan karena masih ketatnya likuiditas bank
juga tidak akan lantas menurunkan suku bunga depositonya.
Seperti yang diutarakan oleh pejabat Bank BRI. Menurut
Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo, saat ini bukan waktu yang tepat untuk
menurunkan suku bunga. Khususnya, bunga simpanan. Pasalnya tahun ini, kondisi
likuiditas pasar masih relatif ketat. Sehingga perbankan masih akan bersaing
dalam memperebutkan dana.).
Begitu juga yang diungkapkan oleh Citibank Indonesia.
Penurunan BI Rate tidak lantas membuat bank asal AS itu ikut memangkas suku
bunganya. “Kami masih melihat kondisi pasar, karena masih banyak kejadian yang
mempengaruhi ekonomi,” kata Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia.
Meski demikian, banyak pula
bank-bank yang merespons penurunan bunga acuan dengan rencana penurunan bunga
kredit. Bank BNI dan Bank BTN adalah beberapa di antaranya.
Bahkan BNI sudah ancang-ancang
akan mendongkrak penyaluran kreditnya karena didorong oleh penurun bunga
kredit. "Yang pasti kemarin BI Rate turun. Kita sudah putuskan suku bunga dana
kita juga akan turun. Turunnya sekitar 25 basis poin. Kemudian akan diikuti juga dengan penurunan suku bunga
kredit ritel," kata Direktur Utama BNI Achmad Baiquni.
Berdasarkan laman resmi BNI, suku bunga tabungan (Taplus)
BNI untuk simpanan Rp 1 – 50 juta sebesar satu persen per tahun. Sementara
bunga deposito untuk simpanan di bawah Rp 100 juta sebesar 4,25 persen. Untuk
bunga kredit, BNI mematok Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau BNI Griya sebesar
13,5 persen per tahun efektif.
Menurut Baiquni, penurunan suku bunga akan berdampak pada
naiknya penyaluran kredit. Artinya, penyerapan kredit tahun ini diperkirakan
lebih cepat dibandingkan tahun lalu. Karena itu, pada tahun ini, BNI
menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 18 persen, atau lebih tinggi dibandingkan
2015 yang sekitar 17 persen.
Sementara itu, Maryono, Direktur Utama BTN mengatakan,
pihaknya bakal segera merespons keputusan penurunan BI Rate dengan penurunan
bunga di banknya. Menurutnya, langkah BI menurunkan BI rate sebagai aksi yang tepat
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
“BTN akan menurunkan bunga simpanan antara 0,5-1 persen pada
bulan depan,” kata Maryono. Langkah penurunan bunga simpanan ini juga akan
serta merta memangkas suku bunga kredit, meski dia belum dapat menyampaikan akan
berapa besar penurunan bunga kredit yang akan dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar