Minggu, 21 Februari 2016

Transmisi Lamban Bunga Acuan

Struktur pasar akan menghambat transmisi penurunan BI Rate kepada penurunan bunga kredit, di samping secara historis bank juga lama merespons penurunan itu dengan pemangkasan bunga kredit. Meski begitu, sudah ada beberapa bank yang berjanji akan secepatnya menurunkan bunga kredit.

Setelah hampir berulang tahun di level yang sama, akhirnya suku bunga acuan dikerek juga oleh Bank Indonesia. Meskipun momen penurunan BI Rate berbarengan dengan tragedi Bom Sarinah, yang membuat gaungnya kalah santer dengan aksi teroris itu, namun banyak pihak optimistis bahwa kebijakan itu akan bertahan lebih lama ketimbang peristiwa bom.
Langkah penurunan bunga acuan memang sudah beberapa bulan belakangan dinantikan publik, terutama setelah Bank Sentral AS menurunkan Fed Fund Rate Desember lalu yang membuat ruang pelonggaran moneter makin terbuka. Bahkan sejak pertengahan tahun lalu, pemerintah melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla juga sudah berulang kali mendesak BI untuk segera menurunkan bunga agar pelaku ekonomi lebih leluasa bergerak. Namun otoritas moneter nampaknya baru mewujudkan keinginan pemerintah bulan lalu setelah semuanya dianggap aman, malahan BI akan melanjutkan pelonggaran moneter ini.
“Pelonggaran lebih lanjut akan dilakukan setelah dilakukan asesmen menyeluruh terhadap perekonomian domestik dan global dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” kata Tirta Segara, juru bicara BI dalam keterangannya.
Akan tetapi yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kebijakan penurunan bunga acuan ini bisa membuat bank-bank segera menurunkan bunga kredit, seperti yang diinginkan pelaku usaha. Untuk menjawabnya memang tidak mudah, apalagi ketika melihat kebiasaan bank-bank di Indonesia yang tidak lantas menurunkan bunga kreditnya, tidak seperti pada bunga simpanan, meski BI sudah menurunkan bunga acuan. Data historis membuktikan bahwa penurunan BI Rate seringkali tidak direspons bank sesuai harapan khalayak ramai.
Saat BI Rate turun, kebanyakan bank justru menahan suku bunga kreditnya atau turun sedikit dengan tetap menjaga rentang spread suku bunganya (selisih suku bunga kredit dengan suku bunga deposito). Pada tahun 2009 misalnya. Meski BI Rate telah dipangkas hingga 275 basis poin sepanjang tahun itu, suku bunga kredit perbankan hanya turun tipis. Rata-rata suku bunga kredit secara agregat, yakni rata-rata suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi, hanya mampu turun 85 basis poin saja. Penurunan tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan penurunan BI Rate dan suku bunga deposito 1 bulan.
Struktur pasar kredit yang cenderung terkonsentrasi juga berdampak pada keengganan bank menurunkan suku bunga kreditnya. Sekitar 63,17 persen kredit mengalir dari 10 bank terbesar di Indonesia. Hal itu bisa jadi menjadi faktor yang menyebabkan pemangkasan BI Rate tidak diikuti oleh turunnya suku bunga kredit. Bahkan spread cenderung makin lebar saat BI Rate turun. Mengacu pada data historis, pada periode 2006-2007 misalnya. Saat BI Rate terus turun dari posisi 12,75 persen ke 8,25 persen, spread rata-rata suku bunga rupiah naik dari 4,63 persen hingga 6,93 persen. Dan pada 2009-2010, saat BI Rate terpaku pada angka 6,50 persen selama 18 bulan, spread suku bunga rupiah pun sempat naik dari 6,60 persen hingga 7,63 persen, untuk kemudian turun perlahan-lahan. Pada 2011, spread cenderung konstan mengikuti pergerakan BI Rate. Hal yang berbeda terjadi pada spread rata-rata suku bunga dollar AS saat itu, yang cenderung fluktuatif.

Respons Berbeda
Hal itu menemui kenyataan ketika bank-bank nampaknya enggan untuk menurunkan suku bunga kredit atau kalaupun diturunkan paling cepat tiga bulan ke depan. Seperti yang direncanakan oleh Bank Mandiri. Bank dengan aset tergemuk ini mengatakan belum akan langsung menurunkan bunga kredit dalam waktu dekat, meskipun BI Rate sudah turun 25 basis poin menjadi 7,25 persen. “‎Kita mungkin baru akan menyesuaikan pada kuartal II," kata Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo.
Keputusan soal bunga kredit, kata dia, harus mempertimbangkan kondisi likuiditas dan deposito terlebih dahulu. Pada kuartal pertama, di Mandiri, kecenderungan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) masih lambat. “‎Kalau pertumbuhan deposito masih lambat, itu sulit bagi kita untuk menurunkan bunga kredit," kata Kartika.
Salah satu faktor yang bisa menopang pertumbuhan deposito bank saat ini adalah realisasi proyek-proyek besar yang digaungkan pemerintah sejak tahun lalu.
“Kita berharap smoga percepatan pelaksanaan proyek-proyek ini bisa lebih cepat sehingga nanti pertumbuhan DPK membaik dan depositnya juga, bunga bisa turun kredit bisa disesuaikan. Tapi biasanya ada timeline sekitar 3-6 bulanan," kata dia.
Dalam memutuskan untuk menurunkan bunga kredit, bank tidak hanya mempertimbangkan bunga acuan sebagai satu-satunya faktor penentu. Akan tetapi hal itu memang akan menekan biaya dana (cost of fund) dan biaya dana yang siap dipinjamkan (cost of loanable fund/COLF) bank.
Biaya dana didapat dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan penghimpunan dana (funding) dibagi dengan total dana yang dihimpun bank pada tahun yang sama. Karena bunga untuk funding biasanya akan cepat menyesuaikan begitu ada perubahan BI Rate maka biaya dana otomatis juga akan turun.
Sementara itu, perhitungan COLF adalah dengan memasukkan biaya penempatan dana pada giro wajib minimum di BI pada angka cost of fund. Setelah tahu angka biaya dana yang siap dipinjamkan maka bank akan menambahkan dengan biaya-biaya atau angka lainnya untuk kemudian menjadi suku bunga dasar kredit. Di antaranya adalah profit margin, pajak atas profit margin, cadangan, dan biaya overhead dan tenaga kerja.
Saat ini, sebagai imbas dari tahun lalu, bank tampaknya masih mengeluarkan biaya yang cukup signifikan dalam persaingan mendapatkan likuiditas. Bahkan karena masih ketatnya likuiditas bank juga tidak akan lantas menurunkan suku bunga depositonya.
Seperti yang diutarakan oleh pejabat Bank BRI. Menurut Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo, saat ini bukan waktu yang tepat untuk menurunkan suku bunga. Khususnya, bunga simpanan. Pasalnya tahun ini, kondisi likuiditas pasar masih relatif ketat. Sehingga perbankan masih akan bersaing dalam memperebutkan dana.).
Begitu juga yang diungkapkan oleh Citibank Indonesia. Penurunan BI Rate tidak lantas membuat bank asal AS itu ikut memangkas suku bunganya. “Kami masih melihat kondisi pasar, karena masih banyak kejadian yang mempengaruhi ekonomi,” kata Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia.
Meski demikian, banyak pula bank-bank yang merespons penurunan bunga acuan dengan rencana penurunan bunga kredit. Bank BNI dan Bank BTN adalah beberapa di antaranya.
Bahkan BNI sudah ancang-ancang akan mendongkrak penyaluran kreditnya karena didorong oleh penurun bunga kredit. "Yang pasti kemarin BI Rate turun. Kita sudah putuskan suku bunga dana kita juga akan turun. Turunnya sekitar 25 basis poin. Kemudian  akan diikuti juga dengan penurunan suku bunga kredit ritel," kata Direktur Utama BNI Achmad Baiquni.
Berdasarkan laman resmi BNI, suku bunga tabungan (Taplus) BNI untuk simpanan Rp 1 – 50 juta sebesar satu persen per tahun. Sementara bunga deposito untuk simpanan di bawah Rp 100 juta sebesar 4,25 persen. Untuk bunga kredit, BNI mematok Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau BNI Griya sebesar 13,5 persen per tahun efektif.
Menurut Baiquni, penurunan suku bunga akan berdampak pada naiknya penyaluran kredit. Artinya, penyerapan kredit tahun ini diperkirakan lebih cepat dibandingkan tahun lalu. Karena itu, pada tahun ini, BNI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 18 persen, atau lebih tinggi dibandingkan 2015 yang sekitar 17 persen.
Sementara itu, Maryono, Direktur Utama BTN mengatakan, pihaknya bakal segera merespons keputusan penurunan BI Rate dengan penurunan bunga di banknya. Menurutnya, langkah BI menurunkan BI rate sebagai aksi yang tepat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
“BTN akan menurunkan bunga simpanan antara 0,5-1 persen pada bulan depan,” kata Maryono. Langkah penurunan bunga simpanan ini juga akan serta merta memangkas suku bunga kredit, meski dia belum dapat menyampaikan akan berapa besar penurunan bunga kredit yang akan dilakukan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar