Senin, 07 April 2014

Memilih A la Investor

Ekonomi pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam menentukan pilihan-pilihan dalam hidup. Bicara soal pilihan, tahun ini kita dihadapkan pada dua situasi di mana pilihan kita akan menentukan kehidupan bernegara lima tahun ke depan: pemilihan anggota legislatif yang baru saja kita lewati dan pemilihan presiden.
Sebelum menentukan pilihan, lazimnya kita selalu melakukan analisis, bisa seadanya atau analisis yang lebih mendalam. Dan bagi yang terbiasa berhubungan dengan dunia saham, sebagaimana menentukan pilihan investasi, secara intuisi mereka akan menggunakan analisis teknikal dan fundamental.
Jika analisis fundamental dalam pembelian saham lebih banyak menggunakan indikator-indikator perusahaan untuk melakukan analisa harga saham sebuah perusahaan, maka analisis fundamental dalam menentukan presiden pilihan, tak jauh berbeda.
Analisis fundamental saham dapat dilakukan dengan melihat nilai buku saham dari perusahaan yang kita incar atau nilai buku ekuitasnya. Begitu juga dalam memilih presiden. Kita bisa melihat lebih dalam indikator kualitas dari sang calon. Misalnya saja, latar belakang pendidikan, keluarga, karier dan hal-hal yang menunjang kehidupan mereka.
Sementara itu, jika seorang investor menggunakan analisis teknikal dalam investasi saham maka dia akan lebih banyak menggunakan data-data pasar yang berbentuk grafik yang cukup rumit. Investor akan memeloti grafik harian yang ada yang disajikan oleh stakeholder bursa.
Dengan menggunakan data-data mengenai harga, pasokan serta permintaan di masa lalu, analisis teknikal saham bertujuan memprediksi bagaimana permintaan dan pasokan di masa mendatang, serta menganalisis harga saham yang mungkin akan terbentuk karenanya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan suatu tren atau pola yang berulang dari pergerakan harga saham dan kemudian dieksploitasi agar bisa sejalan dengan tujuan investor.
Para analis teknikal juga percaya bahwa proses perubahan harga saham yang disebabkan oleh adanya suatu informasi yang baru di pasar akan cenderung mengikuti suatu tren tertentu. Dengan menyimpulkan hal-hal tersebut, analisis teknikal dipakai untuk mendasari keputusan kapan harus mengambil untung (profit taking), mengurangi kerugian (cut loss), mulai melakukan akumulasi saham atau mulai menahan posisi (wait and see).
Dalam menentukan calon presiden pilihan, kita juga bisa melakukannya dengan analisis teknikal. Kita juga bisa memeloti track record mereka dalam setiap aktivitas atau kebijakan (jika mereka pejabat) yang pernah dilakukannya. Caranya pun tak terlampau sulit. Kita bisa bertanya kepada ‘mbah google’ terkait apa yang pernah dikatakan, dilakukan atau tidak dilakukan oleh sang calon.
Internet pada satu sisi memang cukup kejam. Ia tak akan melupakan kesalahan seseorang yang dilakukan bahkan jauh sebelum seseorang tampil di muka publik, asal pernah di-posting ke Internet. Bahkan saking kejamnya muncul pameo bahwa “Tuhan bisa melupakan dan mengampuni kesalahan seseorang seseorang, tapi tidak dengan Internet.”
Maka dari itu sejatinya mudah saja kita melihat sosok calon yang bisa memenuhi dahaga keinginan kita mengenai seorang pemimpin. Jika kita ingin presiden yang memerhatikan rakyat kecil, cari saja calon yang tidak pernah merendahkan rakyat dalam setiap kata-katanya. Kalau kita ingin presiden yang bisa mengelola anggaran untuk kepentingan rakyat, cari saja calon yang tak pernah menggunakan duit negara untuk kepentingan pribadi. Kalau kita cari presiden yang bisa melindungi negara dan juga bisa mengangkat citra Indonesia sebagai negara besar, cari saja calon yang tak pernah menyakiti rakyat dan merendahkan diri di depan negara-begara lain di dunia. Jika kita ingin presiden yang bisa memegang janji, cari saja calon yang tak pernah ingkar janji. Dan sebagainya.
Akan tetapi berbeda dengan analisis teknikal pada investasi saham, dalam memilih calon presiden, kita sebagai pemilih tidak bisa melakukan profit taking atau cut loss di tengah jalan. Yang bisa kita lakukan cuma wait and see. Ya, wait and see sampai lima tahun terlewati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar