Ekonomi pada dasarnya adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam menentukan pilihan-pilihan dalam
hidup. Bicara soal pilihan, tahun ini kita dihadapkan pada dua situasi di mana
pilihan kita akan menentukan kehidupan bernegara lima tahun ke depan: pemilihan
anggota legislatif yang baru saja kita lewati dan pemilihan presiden.
Sebelum menentukan pilihan, lazimnya
kita selalu melakukan analisis, bisa seadanya atau analisis yang lebih
mendalam. Dan bagi yang terbiasa berhubungan dengan dunia saham, sebagaimana
menentukan pilihan investasi, secara intuisi mereka akan menggunakan analisis
teknikal dan fundamental.
Jika analisis fundamental
dalam pembelian saham lebih banyak menggunakan indikator-indikator perusahaan
untuk melakukan analisa harga saham sebuah perusahaan, maka analisis
fundamental dalam menentukan presiden pilihan, tak jauh berbeda.
Analisis fundamental saham
dapat dilakukan dengan melihat nilai buku saham dari perusahaan yang kita incar
atau nilai buku ekuitasnya. Begitu juga dalam memilih presiden. Kita bisa
melihat lebih dalam indikator kualitas dari sang calon. Misalnya saja, latar
belakang pendidikan, keluarga, karier dan hal-hal yang menunjang kehidupan
mereka.
Sementara itu, jika seorang investor
menggunakan analisis teknikal dalam investasi saham maka dia akan lebih banyak
menggunakan data-data pasar yang berbentuk grafik yang cukup rumit. Investor akan
memeloti grafik harian yang ada yang disajikan oleh stakeholder bursa.
Dengan menggunakan data-data
mengenai harga, pasokan serta permintaan di masa lalu, analisis teknikal saham
bertujuan memprediksi bagaimana permintaan dan pasokan di masa mendatang, serta
menganalisis harga saham yang mungkin akan terbentuk karenanya. Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasikan suatu tren atau pola yang berulang dari pergerakan
harga saham dan kemudian dieksploitasi agar bisa sejalan dengan tujuan investor.
Para analis teknikal juga
percaya bahwa proses perubahan harga saham yang disebabkan oleh adanya suatu
informasi yang baru di pasar akan cenderung mengikuti suatu tren tertentu.
Dengan menyimpulkan hal-hal tersebut, analisis teknikal dipakai untuk mendasari
keputusan kapan harus mengambil untung (profit
taking), mengurangi kerugian (cut
loss), mulai melakukan akumulasi saham atau mulai menahan posisi (wait and see).
Dalam menentukan calon
presiden pilihan, kita juga bisa melakukannya dengan analisis teknikal. Kita
juga bisa memeloti track record
mereka dalam setiap aktivitas atau kebijakan (jika mereka pejabat) yang pernah
dilakukannya. Caranya pun tak terlampau sulit. Kita bisa bertanya kepada ‘mbah
google’ terkait apa yang pernah dikatakan, dilakukan atau tidak dilakukan oleh
sang calon.
Internet pada satu sisi
memang cukup kejam. Ia tak akan melupakan kesalahan seseorang yang dilakukan
bahkan jauh sebelum seseorang tampil di muka publik, asal pernah di-posting ke Internet. Bahkan saking
kejamnya muncul pameo bahwa “Tuhan bisa melupakan dan mengampuni kesalahan
seseorang seseorang, tapi tidak dengan Internet.”
Maka dari itu sejatinya mudah
saja kita melihat sosok calon yang bisa memenuhi dahaga keinginan kita mengenai
seorang pemimpin. Jika kita ingin presiden yang memerhatikan rakyat kecil, cari
saja calon yang tidak pernah merendahkan rakyat dalam setiap kata-katanya.
Kalau kita ingin presiden yang bisa mengelola anggaran untuk kepentingan
rakyat, cari saja calon yang tak pernah menggunakan duit negara untuk
kepentingan pribadi. Kalau kita cari presiden yang bisa melindungi negara dan
juga bisa mengangkat citra Indonesia sebagai negara besar, cari saja calon yang
tak pernah menyakiti rakyat dan merendahkan diri di depan negara-begara lain di
dunia. Jika kita ingin presiden yang bisa memegang janji, cari saja calon yang
tak pernah ingkar janji. Dan sebagainya.
Akan tetapi berbeda dengan
analisis teknikal pada investasi saham, dalam memilih calon presiden, kita
sebagai pemilih tidak bisa melakukan profit
taking atau cut loss di tengah
jalan. Yang bisa kita lakukan cuma wait
and see. Ya, wait and see sampai
lima tahun terlewati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar