Kita cenderung
mengagungkan apa yang kita ketahui dan sering menganggap apa yang tidak kita
ketahui sebagai tidak penting. Padahal apa yang tidak kita ketahui sejatinya lebih
banyak dari yang kita ketahui.
Menyangkut kebijakan, kita memang dapat melihat apa yang diperbuat pemerintah dan karena itu
menyanyikan pujian-pujian kepada mereka. Akan tetapi kita tidak mengetahui dan melihat ada alternatifnya. Dari
perspektif ini, kita mungkin bisa berempati kepada pemerintah karena mereka
(mungkin) sudah memikirkan segala alternatif kebijakan, sebelum mengeluarkan
yang saat ini kita lihat.
Pemerintah tentu sudah memperhitungkan
konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan melalui berbagai riset, percobaan sosial,
atau apa yang dinamakan test the water
oleh sebagian khalayak. Sehingga apa yang diterbitkan merupakan kebijakan yang
paling optimal, yang tentunya paling banyak pengaruhnya kepada kesejahteraan
rakyat, lebih banyak rakyat (karena tidak ada yang bisa memuaskan seluruh
orang).
Dengan asumsi telah melewati hampir semua
pertimbangan dan berbagai alternatif yang ada itu, sepantasnya kita mengharapkan bahwa kebijakan itu tidak berubah-ubah –tidak dengan kecepatan yang mirip dengan konsumen pembeli rumah, atau pembeli di pasar.
Seperti yang ditulis oleh Frederic Bastiat
dalam esainya yang berjudul “What We See
and What We Don’t See”, pemerintah juga sangat hebat dalam memublikasikan
apa yang sudah mereka perbuat, tetapi sebaliknya, tidak terhadap apa yang tidak
mereka lakukan.
Bastiat, seorang pemikir kemanusian abad
ke-19, yang ditulis
oleh Nassim Nicholas Taleb dalam buku The Black Swan mengatakan bahwa
pemerintah sibuk dengan apa yang disebut “phony
philantrophy”. Istilah tersebut
mengacu pada kegiatan yang secara kasat mata dianggap
menolong banyak orang dan sensasional tanpa memperhitungkan konsekuensi yang
tidak terlihat.
Sehingga tidak aneh kalau pemerintah selalu
mengulang-ulang apa yang sudah dilakukannya (meskipun untuk ukuran
keberhasilan, hal itu masih bisa diperdebatkan), dan menutup rapat informasi
tentang apa yang tidak dilakukannya.
Yang aneh adalah ketika media kehilangan
daya kritisnya untuk mengkritisi kebijakan pemerintah dan ikut sibuk
menyanyikan pujian-pujian kepada pemerintah. Padahal seringkali jelas terlihat bahwa alternatif kebijakan (yang tidak
dilakukannya), lebih menguntungkan dan bermanfaat bagi orang banyak ketimbang
kebijakan yang sudah dikeluarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar