Selasa, 10 Februari 2015

menilai alternatif

Kita cenderung mengagungkan apa yang kita ketahui dan sering menganggap apa yang tidak kita ketahui sebagai tidak penting. Padahal apa yang tidak kita ketahui sejatinya lebih banyak dari yang kita ketahui.
Menyangkut kebijakan, kita memang dapat melihat apa yang diperbuat pemerintah dan karena itu menyanyikan pujian-pujian kepada mereka. Akan tetapi kita tidak mengetahui dan melihat ada alternatifnya. Dari perspektif ini, kita mungkin bisa berempati kepada pemerintah karena mereka (mungkin) sudah memikirkan segala alternatif kebijakan, sebelum mengeluarkan yang saat ini kita lihat.
Pemerintah tentu sudah memperhitungkan konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan melalui berbagai riset, percobaan sosial, atau apa yang dinamakan test the water oleh sebagian khalayak. Sehingga apa yang diterbitkan merupakan kebijakan yang paling optimal, yang tentunya paling banyak pengaruhnya kepada kesejahteraan rakyat, lebih banyak rakyat (karena tidak ada yang bisa memuaskan seluruh orang).
Dengan asumsi telah melewati hampir semua pertimbangan dan berbagai alternatif yang ada itu, sepantasnya kita mengharapkan bahwa kebijakan itu tidak berubah-ubah tidak dengan kecepatan yang mirip dengan konsumen pembeli rumah, atau pembeli di pasar.
Seperti yang ditulis oleh Frederic Bastiat dalam esainya yang berjudul “What We See and What We Don’t See”, pemerintah juga sangat hebat dalam memublikasikan apa yang sudah mereka perbuat, tetapi sebaliknya, tidak terhadap apa yang tidak mereka lakukan.
Bastiat, seorang pemikir kemanusian abad ke-19, yang ditulis oleh Nassim Nicholas Taleb dalam buku The Black Swan mengatakan bahwa pemerintah sibuk dengan apa yang disebut “phony philantrophy. Istilah tersebut mengacu pada kegiatan yang secara kasat mata dianggap menolong banyak orang dan sensasional tanpa memperhitungkan konsekuensi yang tidak terlihat.
Sehingga tidak aneh kalau pemerintah selalu mengulang-ulang apa yang sudah dilakukannya (meskipun untuk ukuran keberhasilan, hal itu masih bisa diperdebatkan), dan menutup rapat informasi tentang apa yang tidak dilakukannya.
Yang aneh adalah ketika media kehilangan daya kritisnya untuk mengkritisi kebijakan pemerintah dan ikut sibuk menyanyikan pujian-pujian kepada pemerintah. Padahal seringkali jelas terlihat bahwa alternatif kebijakan (yang tidak dilakukannya), lebih menguntungkan dan bermanfaat bagi orang banyak ketimbang kebijakan yang sudah dikeluarkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar