Ekonomi AS yang dinilai akan mengalami resesi tahun depan diakui
akan memberi guncangan ke perekonomian nasional. Pemerintah sudah mengakuinya
dan mulai menyiapkan mitigasinya.
Lebih dari dua dekade lalu, pemerintah sejatinya sudah
melihat adanya tanda-tanda krisis moneter ketika defisit transaksi berjalan meningkat
tajam bersamaan dengan utang luar negeri yang meningkat. Ketika mata uang
negara tetangga merosot, banyak pembuat kebijakan yang masih percaya diri bahwa
fundamental ekonomi Indonesia kuat. Namun kenyataan berkata lain dan krisis pun
meledak pada paro kedua 1997.
Kini muncul pertanda resesi di AS
ketika pada Agustus lalu imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor lebih pendek
meningkat dan melampaui imbal hasil obligasi jangka panjang. Sebelumnya kondisi itu juga pada
Maret tahun lalu yang mana hal itu terjadi pertama kalinya dalam lebih dari
satu dekade belakangan.
Normalnya yield obligasi AS jangka pendek memang selalu lebih rendah
dibanding yang berjangka panjang. Inversi, atau pembalikan ini, baru terjadi
lagi setelah terakhir kalinya muncul pada Juni 2007 yang kemudian setahun
setelahnya terjadi krisis subprime
mortgage AS. Negara Paman Sam itu kemudian terjerembab dalam resesi yang menular
ke ekonomi negara-negara lain.
Resesi ekonomi adalah kondisi di
mana perekonomian yang tercermin dari Produk Domestik Bruto (PDB) menurun dan
pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Belajar dari pengalaman 1997
lalu, pemerintah kali ini tidak mau gegabah untuk bilang bahwa kondisi itu
tidak akan berdampak pada perekonomian. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro
dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian Iskandar Simorangkir
mengatakan, Indonesia harus mewaspadai ancaman resesi yang kian nyata ini.
"Jadi kalau ada orang yang bilang Indonesia jauh dari ancaman resesi, jauh
apanya? Coba cek. Suka enggak suka
kita harus waspada (resesi),” kata dia, September.
Kementerian
Koordinator Perekonomian tentu menjadi pihak yang paling memahami bagaimana
ancaman ini memang nyata bagi Indonesia. Apalagi sebelumnya Bank Dunia juga
sudah mengeluarkan laporan bertajuk "Global
economic risks and implications for Indonesia" dan sudah
dipresentasikan di hadapan Presiden Joko Widodo.
Kata
laporan itu, Indonesia akan terkena dampak resesi karena pertumbuhan ekonomi
global terus melambat dan kemungkinan resesi terlihat semakin besar. Kesimpulan
itu berdasarkan pertanda pembalikan yield
obligasi AS; mesin ekonomi Eropa, yaitu Jerman dan Inggris, yang makin
melambat; dan pelemahan di China.
Faktor lain yang akan membuat
ekonomi RI terdampak resesi adalah makin intensifnya perang dagang AS-China dan
juga risiko geopolitik lainnya. Dua negara ekonomi terbesar dunia telah ‘memproklamirkan’
perseteruannya pada triwulan kedua tahun lalu. Perang tarif antara keduanya tak
pelak membuat negara-negara lain di dunia mendapat pukulan yang tak ringan.
Bank Dunia dalam laporannya juga
menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih lamban akan terus
merosot bersama pelemahan ekonomi global. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan
terus menurun karena produktivitas yang lemah dan pertumbuhan angkatan kerja
yang melambat,” kata Laporan itu. “Pelemahan global yang menyebabkan harga komoditas
menurun akan semakin menekan pertumbuhan PDB Indonesia.”
Setiap 1 persen penurunan ekonomi
China, lanjut Laporan itu, berdampak pada penurunan ekonomi Indonesia sebesar
0,3 persen. Pada resesi 2009, misalnya, pertumbuhan ekonomi global turun hingga
6,2 persen dari tahun 2007, disertai dengan harga komoditas yang jatuh. Saat
itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melambat 1,7 persen.
Akibat konflik dagang, Organisasi
untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi dunia akan semakin melemah. Bahkan lembaga itu meyakini bahwa pertumbuhan
dunia tahun ini akan menjadi yang terlemah sejak krisis keuangan global pada
2008-2009. Diperkirakan pertumbuhan akan melambat dari 3,6 persen pada 2018,
menjadi 2,9 persen di 2019 dan 3,0 persen di 2020.
Tak kurang dari Presiden Bank
Sentral Eropa Christine Lagarde mengkhawatirkan kondisi ini. Lagarde, yang akan
menggantikan Mario Draghi memimpin ECB per 1 November nanti, mengatakan konflik
dagang bakal memangkas 0,8 persen dari pertumbuhan ekonomi global di 2020.
"Itu jumlah yang sangat besar," kata Lagarde dalam sebuah wawancara.
"Saya pikir perdagangan (ancaman terhadap perdagangan saat ini) adalah
rintangan terbesar bagi ekonomi global, ya, memang,".
Kondisi Indonesia
Perihal dampak resesi global
ke Indonesia, untuk kali ini pemerintah memang meresponsnya cukup serius, tidak
seperti tahun-tahun sebelumnya. Misalnya Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati. Resesi ekonomi global, kata dia, tidak bisa dinafikan lagi. Namun
yang terpenting menurut perempuan yang pernah menjadi pejabat penting di Bank
Dunia ini, adalah menyiapkan strategi untuk menghadapinya.
Ani,
panggilan akrabnya, mengatakan pemerintah telah memiliki strategi atau kebijakan
countercylical dari sisi fiskal untuk
mengantisipasi adanya potensi resesi ekonomi. “Paling penting dari sisi
makroekonomi adalah melakukan countercylical
policy sesuai kebutuhan. Itu berarti kami melihat apakah APBN kita sehat
dan punya space untuk
melakukan," kata dia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Darmin Nasution juga mendaku tengah mengatur strategi untuk memperkuat ekonomi
dalam negeri di tengah risiko resesi ekonomi global. Strategi yang disusun
pemerintah, ditujukan agar ekonomi nasional tak terkena imbas gejolak ekonomi
global, sehingga masih bisa tumbuh positif. “Ada atau tidak resesi, kami harus
mempersiapkan diri, membenahinya. Ibaratnya, sedia payung sebelum hujan,” ujar
Darmin.
Kendati demikian, ia enggan
merinci berbagai jurus yang sedang disiapkan. Yang pasti, ia menekankan jurus
tersebut merupakan kombinasi kebijakan yang melibatkan regulator industri
keuangan, seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sementara itu Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas)
Bambang PS Brodjonegoro menyatakan pembangunan Ibu Kota baru bisa menangkal
risiko resesi yang kini juga sedang dihadapi oleh sejumlah negara. "Saya
harapkan kami coba mengarahkan pembangunan ibu kota baru adalah countercyclical (penyangga) untuk menghadapi
resesi tahun depan," kata dia.
Pembangunan Ibu Kota baru tentu akan
mendatangkan banyak investasi, khususnya di sektor properti. Dari investasi
inilah, Bambang berharap dapat membantu mendorong ekonomi nasional. "Kebetulan
Ibu Kota baru bukan banyak di sektor manufaktur, tapi properti. Bicara properti
bukan sekadar sektor kekinian, pengusaha properti berpikir jauh,"
jelasnya.
Dalam simulasi yang dilakukan
oleh Bappenas, pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur (Kaltim) bisa
mendorong investasi hingga 47,7 persen di kawasan itu. Sementara, di Pulau
Kalimantan sendiri akan menambah sekitar 34,5 persen dan untuk Indonesia 4,7
persen.
"(Ibu kota baru) ini
dibangun untuk 1,5 juta orang. Nah,
otomatis pembangunan ibu kota baru menjadi salah satu kota terbesar di
Kalimantan Timur, sehingga wajar kalau investasi riil naik hampir 50
persen," ujar Bambang.
Sepanjang lima tahun belakangan
ini, perekonomian Indonesia selalu dibekap angka pertumbuhan yang rendah
sehingga pemerintah gagal mewujudkan target PDB yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
Pada 2014, pertumbuhan ekonomi
mencapai 5,1 persen padahal targetnya adalah 5,5 persen. Setahun setelah itu,
angkanya bahkan hanya mencapai 4,79 persen ketika sebelumnya ditargetkan mencapai
5,7 persen.
Pada 2016 dan 2017 pertumbuhan ditargetkan
sama-sama mencapai 5,2 persen namun di akhir tahun masing-masing hanya mencapai
5,0 dan 5,07 persen. Pada 2018, terutama di kuartal kedua, harapan seketika
membuncah sewaktu angka pertumbuhan mencapai 5,27 persen, tertinggi di masa
Jokowi. Tetapi di akhir tahun pemerintah harus puas dengan angka 5,17 persen,
sedangkan targetnya dipatok sebesar 5,4 persen.
Melihat respons pemerintah
setidaknya publik memiliki sedikit harapan bahwa guncangan resesi global akan
dihadapi dengan persiapan yang mumpuni. Karena jika ingin menyelesaikan masalah
sangat penting untuk mengakui bahwa memang ada masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar