Selasa, 17 Februari 2009

Seharusnya Tidak Ada Lagi Alasan

Perbankan seharusnya sudah bisa menurunkan suku bunga pinjamannya setelah semua alasan yang selama ini dipakai bankir sudah terjawab. Tetapi selalu ada alasan buat perbankan, yang terakhir adalah masih adanya risk premium.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS memutuskan menurunkan suku bunga penjaminan untuk rupiah sebesar 50 basis poin. Hal itu membuat bunga simpanan yang dijamin di bank umum menjadi 9,00 persen persen dan di Bank Perkreditan Rakyat 12,5 persen.

Bank beralasan adanya keketatan di pasar uang antarbank (PUAB) serta masih tingginya permintaa dollar AS di pasar valuta asing menjadi penghambat menurunnya suku bunga. “Secara umum kondisi PUAB sudah membaik dibanding beberapa bulan lalu. Volume PUAB relatif sudah naik kembali,” kata Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Halim Alamsyah.

Direktur Direktorat Pengelolaan Moneter BI Eddy Sulaeman Yusuf mengatakan beberapa bulan belakangan likuiditas sudah tidak mengetat lagi. “Dana yang diserap dari lelang SBI hari ini mencapai 236 triliun rupiah. Berarti bank-bank sudah memiliki likuiditas berlebih,” kata dia.

Suku bunga PUAB berjangka waktu satu malam overnight kata dia telah menurun menjadi 8,15, padahal September tahun lalu masih sekitar 11 persen. “Dana yang diserap SBI September tahun lalu di bawah 100 triliun rupiah,” kata Eddy.

Sementara kisruh pasar valas yang terjadi tahun lalu juga dinilai sudah mulai berkurang. Pengetatan aturan otoritas mengenai pembelian valas dinilai telah meredakan pasar. “Ketatnya pengawasan BI terhadap bank asing mengakibatkan, mereka tidak berkutik untuk melakukan spekulasi terhadap kedua mata uang itu (rupiah dan dollar AS),” kata Direktur Retail Banking Bank Mega Kostaman Thayib.

Gubernur BI Boediono meminta perbankan segera menurunkan suku bunga kreditnya sesuai dengan batasan yang wajar agar bisa meningkatkan minat masyarakat mengajukan kredit.

"Mengenai suku bunga, saya kira perbankan diberi waktu untuk menyesuaikan. BI akan mendorong mereka agar tetap berada pada sasaran bunga yang wajar, jangan sampai kredit kita menurun," ujarnya.

Berdasarkan data BI, penyaluran kredit mulai menurun setelah pada Desember sebesar 1.307 triliun rupiah menurun dari jumlahnya pada November yang mencapai 1.325 triliun rupiah. Sepanjang 2008 penyaluran kredit perbankan meningkat 30 persen.

Direktur Tresuri BNI Bien Subiantoro mengatakan penurunan suku bunga kredit dimungkinkan jika risiko premium kredit sudah mulai berkurang. BNI sudah menurunkan suku bunga sebesar 0,5 hingga satu persen. “Tetapi hal itu belum terasa karena belum diikuti bank-bank lain (di luar Bank BUMN),” kata dia.

Risk premium adalah beban tambahan yang diberikan bank kepada debitur untuk mengukur risiko kredit suatu sektor tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar