Selasa, 10 Juni 2014

Banking Without Bank

Dalam beberapa tahun belakangan, untuk mendapatkan pinjaman, seseorang tidak lagi harus mendatangi bank setelah muncul mekanisme peer to peer lending. Berkat kehadiran Internet, platform pinjaman ini mulai menyebar ke penjuru dunia.
  
Sektor perbankan adalah industri yang selalu berpacu dengan perubahan. Begitu mereka tidak meningkatkan kemampuan untuk mengimbangi perubahan, mereka akan tertinggal. Karenanya, bank selalu berupaya menyesuaikan bisnisnya dengan perubahan. Akan tetapi tampaknya tidak dengan perubahan yang satu ini.
Dalam sepuluh tahun terakhir, di sektor keuangan global muncul fenomena baru yaitu skema pinjaman yang tidak melibatkan pihak lain –terutama bank– dalam mendapatkannya, hanya ada peminjam dan penyedia dana. Platform yang dinamakan peer to peer lending ini mulai marak di Inggris, Eropa dan AS. Akan tetapi, anehnya mekanisme ini belum dikenal oleh kalangan perbankan di Indonesia. Beberapa orang –kebanyakan kalangan perbankan –yang saya tanyakan soal itu mengaku belum pernah mendengarnya. Hal yang sama juga terjadi ketika itu ditanyakan kepada pihak otoritas.
Memang kenyataan itu tidak lantas menjadi gambaran bahwa semua orang yang bekerja di industri perbankan maupun otoritas tidak mengetahui perihal peer to peer lending. Akan tetapi setidaknya, perubahan yang terjadi dan justru yang bisa mengancam eksistensinya, tidak disadari oleh bank sendiri.
Pinjaman peer to peer, menurut laman investopedia, memiliki arti yaitu sebuah metode pembiayaan utang yang memungkinkan individu untuk meminjam dan meminjamkan uang tanpa menggunakan lembaga keuangan resmi sebagai perantara. Pinjaman peer to peer menghilangkan perantara dalam proses mendapatkannya dan juga dikenal sebagai pinjaman sosial.
Dalam beberapa tahun terakhir, lembaga perbankan memang selalu diterpa masalah hingga masuk dalam pusaran krisis. Bahkan institusi itu kerap dianggap sebagai biang keladi munculnya krisis itu sendiri. Selain itu, bank juga masih terbelenggu oleh kesan yang disematkan oleh masyarakat kepadanya. Pinjaman yang diberikan kepada nasabah harus melalui proses rumit, berbelit dan panjang serta harus menyertakan agunan yang nilainya sama dengan dana yang didapat. Mekanisme tersebut mengurangi kenyamanan peminjam yang ingin mendapatkan dana untuk menjalankan bisnisnya.
Sebagai lembaga intermediasi, bank dinilai mengidap penyakit bawaan mismatch (meminjam uang yang kebanyakan dalam jangka pendek sementara menyalurkan pinjaman dalam jangka panjang). Belum lagi dengan pengenaan bunga berbunga yang kerap mencekik nasabah.
Karena itu tidaklah mengherankan jika sejak awal 2000-an mulai muncul mekanisme baru dalam mendapatkan kredit, apalagi setelah penggunaan internet sudah sangat meluas. Sebut saja, Crowdfunding. Pada dasarnya itu adalah sebuah cara untuk mengumpulkan orang-orang yang perlu dana untuk usaha bersama-sama dengan orang-orang yang mau meminjamkan uang. Cara itu sangat cerdas bagi bisnis, organisasi atau individu untuk mengumpulkan uang tanpa bergantung pada bank dan seringkali mampu menjadi solusi yang bermanfaat bagi individu yang bersedia meminjamkan untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang layak ketika suku bunga di negara-negara maju bertahan di level rendah.
Uang yang akan dipinjamkan tersebut dikumpulkan melalui situs web, yang juga dikenal sebagai platform. Ada dua jenis Crowdfunding; berbasis investasi, dan pinjaman peer to peer.
Yang berbasis investasi biasanya digunakan untuk start up bisnis. Jenis ini menawarkan investor saham atau kepemilikan dalam bisnis sebagai ganti dari uang tunai yang diberikannya.
Pinjaman peer to peer lebih mungkin dilakukan antara individu dan juga memungkinkan uang tersebut untuk dipinjamkan melalui situs web sebagai perantaranya. Sebagai imbalan untuk pinjaman, pemilik dana akan mendapatkan tingkat bunga hingga 7 persen.
Kemudian mulai pertengahan 2000-an, mekanisme pinjaman peer to peer mulai menunjukkan geliatnya dengan munculnya beberapa institusi (kebanyakan berbasis laman web) yang menyokong platform tersebut. Fenomena itu berbarengan dengan meledaknya dampak penggunaan Internet di dunia.

Zaman Modern
Sejatinya, mekanisme pinjaman peer to peer telah ada sejak manusia mulai mencatat peradaban. Hal itu dibuktikan dengan artefak kuno berbentuk tablet dari zaman Hammurabi, penguasa Babilonia, 18 abad sebelum masehi. Artefak itu menunjukkan bahwa pada saat itu sudah ada pembatasan bunga pada pinjaman. (lihat boks: Sejarah Peer to Peer Lending).
Akan tetapi, meski beberapa peradaban setelah itu mengadopsinya meski dengan nama yang berbeda-beda, kemunculan Internet di zaman modern ini telah mengubah wajah pinjaman peer to peer.
Jejaring sosial memiliki dampak yang signifikan bagi platform pinjaman peer to peer. Sebelumnya, ketika seseorang membutuhkan dana, sumber-sumber dana biasanya terbatas hanya pada teman dekat atau keluarga, atau mungkin bank di sekitar. Masalah utama dengan model ini adalah bahwa, cepat atau lambat, teman dan keluarga tidak akan punya uang untuk meminjami, dan bank mungkin ingin mengenakan bunga yang dinilai terlampau banyak. Dan beberapa tahun terakhir, berkat pinjaman peer to peer, ketika seseorang membutuhkan pinjaman, mereka memiliki akses ke orang-orang yang bersedia meminjamkan dana dari seluruh dunia di ujung jari mereka.
Menurut laman Prosper, sebuah perantara pemberi pinjaman peer to peer,  Kiva adalah salah satu laman pinjaman peer to peer non profit pertama yang muncul, yang memungkinkan orang dari seluruh dunia untuk berhubungan dengan investor. Prosper, perantara berikutnya, kemudian bergabung dengan jajaran peer to peer di AS, dan dengan cepat tinggal landas dari sana. Model mereka begitu sukses, bahkan mereka baru-baru ini mengumumkan ekspansi baru ke Jepang. Perusahaan yang berbasis di Inggris, Zopa, juga berkembang, dan sekarang juga sudah melebarkan sayap hingga ke Italia.
Pada zaman dulu, pinjaman peer to peer banyak dicari karena sedikitnya lembaga pemberi pinjaman yang terorganisir, dan karena cara itu juga lebih mudah. Zaman sekarang, konsumen tertarik dalam pinjaman peer to peer karena mereka memiliki pilihan yang jauh lebih banyak dari biasanya dibandingkan jika berhubungan dengan sistem perbankan tradisional.
Alih-alih dipaksa untuk menerima persyaratan standar dan tingkat bunga yang seringkali sangat tinggi, pinjaman peer to peer memungkinkan konsumen untuk mengatur suku bunga maksimum yang sanggup mereka bayar, dan dalam beberapa kasus, tenor mereka sendiri. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat suku bunga untuk pinjaman peer to peer bisa jauh lebih rendah daripada biaya yang dikenakan oleh bank.
Pinjaman peer to peer di abad ke-21 telah menjadi lebih efisien dengan kemampuan untuk secara cepat memeriksa kriteria kredit dan dengan akses ke komunitas penyedia dana dan peminjam yang jauh lebih luas. Peminjam pada skema peer to peer dapat menyebar risiko mereka sementara peminjam memiliki cara-cara baru untuk mendapatkan dana yang mereka butuhkan.
Di saat bayaran pinjaman menjadi lebih mahal dan konsumen berjuang untuk memenuhi kebutuhan dalam perekonomian saat ini, pinjaman peer to peer muncul sebagai solusi yang menguntungkan. Prospek ekonomi saat ini juga telah memaksa banyak bank untuk memikirkan kembali praktik pemberian pinjaman dari beberapa tahun terakhir, dan standar pinjaman saat ini jauh lebih sulit bagi nasabah untuk mendapatkan. Namun, melalui pinjaman peer to peer, calon peminjam sekarang memiliki alternatif untuk mendapatkan uang yang mereka butuhkan.
Menurut majalah The Economist, pinjaman peer to peer berkembang pesat di beberapa negara. Di Inggris, volume pinjamannya naik dua kali lipat setiap enam bulan. Mereka baru saja melewati angka 1 miliar poundsterling (sekitar Rp19,5 triliun), meskipun masih angka semenjana dibanding total kredit ritel di negeri itu yang mencapai 1,2 triliun pound (Rp23.400 triliun).
Di Amerika dua lembaga penyedia pinjaman P2P, Lending Club dan Prosper memiliki penguasaan pasar mencapai 98 persen. Mereka mengucurkan 2,4 miliar dollar AS (sekitar Rp27.360 triliun) sepanjang 2013, naik dari 871 juta dollar AS (Rp9,9 triliun) di tahun sebelumnya.
Meski begitu banyak juga yang belum mengetahui perihal platform kredit anyar ini. Menurut survey dari PriceWaterhouse Cooper (PwC) hanya 15 persen masyarakat di Kerajaan Modern ini mengaku pernah mendengar mekanisme pinjaman P2P ini, sebaliknya 98 persen mengetahui lembaga bank.
Tantangan lain di Inggris adalah bahwa mekanisme dan juga lembaga kredit P2P tidak sepenuhnya diatur. Namun tahun lalu, otoritas Inggris mulai mengeluarkan aturan untuk memagari platform itu agar tidak memberi ancaman pada sistem keuangan kini dan di kemudian hari. Di AS, nasabah yang menabung untuk pensiun mereka bisa memperoleh potongan pajak pada pinjaman mereka.
Akan tetapi bukan berarti mekanisme P2P lending ini tidak menyimpan risiko. Menurut Gayatri Rawit Angreni, pakar manajemen risiko, ancaman utama pada platform itu adalah soal kepercayaan (trust) dan itu juga merupakan ancaman buat bank. Dalam proses pinjam meminjam unsur karakter dari peminjam mutlak diperlukan dan harus diketahui oleh pihak yang meminjam. Sementara itu, sistem yang sudah establish yang dimiliki lembaga keuangan membuat pengenaan bunga menjadi lebih mudah. Selain itu, secara regulasi, di Indonesia belum ada yang mengaturnya, “nanti bisa disamakan shadow banking,” kata dia.

 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- 


Box:1
Milestone P2P Lending

Pertengahan 2000-an: sebagaimana dikatakan dalam sebuah laman, Lend Academy, pelopor pinjaman peer to peer dan juga Prosper, laman lainnya, dibuka untuk bisnis pada awal tahun 2006 dan dalam waktu 9 bulan operasi, sudah terdapat sebanyak 100.000 anggota dan mendanai lebih dari 20 juta dollar AS dalam bentuk pinjaman. Lending Club, sebuah perantara yang sekarang menjadi pemimpin pasar, diluncurkan pada tahun berikutnya sebagai aplikasi Facebook.

Mid 2000’s: As per Peter Renton’s valuable website, Lend Academy, peer to peer lending pioneer, Prosper, opened for business in early 2006 and within 9 months of operation, counted 100,000 members and funded over $20 million in loans. Lending Club, now clearly the market leader, launched the following year as a Facebook application.

2008-2009: karena pinjaman peer to peer tumbuh dengan cepat dalam popularitas di AS, otoritas pasar modal, Securities and Exchange Commission (SEC) mulai meminta laman tersebut untuk mendaftarkan pinjaman mereka sebagai promissory notes (surat utang) dengan lembaga tersebut. Situs P2P juga tidak diperbolehkan untuk menarik dana baru selama ‘masa tenang’ itu sampai semua pinjaman terdaftar dengan benar.

2010-sekarang: Setelah selesai masa tenang yang dikenakan SEC, industri pinjaman P2P telah meledak. Ketika platform pinjaman ini telah menemukan pijakan mereka dan telah memperbaiki struktur pinjaman mereka untuk menarik lebih banyak investor, aset mereka mereka pun telah tumbuh. Lending Club, yang diasumsikan mendominasi 75 persen dari pasar AS, telah melihat bisnisnya tumbuh sangat pesat selama periode ini.


Box 2
Sejarah P2P Lending
Sejak diciptakan, manusia telah memiliki keinginan untuk berhasil, untuk mengumpulkan lebih banyak barang, dan untuk selalu memperluas wawasan mereka. Bagi banyak orang, ini juga berarti mendapatkan pinjaman dari teman untuk mengikat mereka sampai panen berikutnya, atau sampai pengiriman barang sampai. Pinjaman peer to peer telah ada selama ribuan tahun, meski tidak selalu disebut dengan nama tersebut. Keberadaannya tetap konstan dan konsep umumnya masih digunakan sampai sekarang.
Asal-usul pinjaman peer to peer telah diperdebatkan secara luas, tapi peradaban pertama di Mesopotamia-lah yang diyakini memiliki pengaruh paling besar terhadap jenis pinjaman. Di masa inilah pinjaman telah dilembagakan dan pembatasan bunga sudah diterapkan.
Sebuah benda kuno berbentuk tablet dari tanah liat di zaman Mesopotamia menunjukkan bahwa pembatasan bunga sebesar 33,5 persen sudah dikenakan pada pinjaman untuk biji-bijian, sedangkan perak sedikit lebih rendah sebesar 20 persen. Aturan-aturan ini diyakini telah dilembagakan pada tahun 1900 SM dan banyak peradaban sekitarnya mengambil konsep ini.
Hammurabi, penguasa Babilonia yang hidup sekitar tahun 1750 SM, juga sangat berperan dalam pengembangan pinjaman peer to peer. Banyak dokumen yang telah dikaitkan dengannya membahas dasar-dasar pinjaman dan bagaimana praktik tersebut harus dilakukan. Dalam Kode Hammurabi, serangkaian tablet pada berbagai subyek, ia menguraikan aturannya soal pinjaman untuk tanaman.
Aturan-aturan tersebut menentukan durasi maksimum sebuah pinjaman, cara pembayaran, serta apa yang pemberi pinjaman bisa lakukan jika tanaman gagal dan tidak ada cara untuk menuntut pembayaran pinjaman. Ini adalah beberapa bukti pertama yang tercatat dari pinjaman peer to peer dan akan sangat mempengaruhi masa depan jenis pinjaman ini.
Sementara itu, konsep jaminan di zaman kuno berbeda dari saat ini. Sebagai contoh, saat itu dapat diterima ketika peminjam menggunakan selir mereka untuk mengamankan pinjaman. Bentuk lain dari agunan waktu itu termasuk tanaman, budak, atau anak-anak bahkan orang itu sendiri.
Maju ke zaman kita saat ini, meskipun pinjaman peer to peer telah berubah terkait perubahan jenis agunan, konsep umumnya masih sama. Adalah jauh lebih mudah untuk mendapatkan pembiayaan ketika berhadapan dengan seorang teman atau tanpa melewati bank. Dan, dalam banyak kasus, suku bunga masih dibatasi –mirip dengan apa yang dibahas Hammurabi dalam tablet-tabletnya.
Semua budaya memang memiliki sejarah mereka sendiri terkait pinjaman peer to peer, tetapi perkembangan abad ke-21 mungkin terbukti menjadi yang paling menarik. Tiba-tiba, orang-orang dari seluruh dunia memiliki kemampuan untuk terhubung secara online, dan membuka peluang baru yang luas bagi pinjaman peer to peer.


Sumber: prosper.com/ berbagai sumber.

1 komentar:

  1. Halo,
    saya Ibu margaret pedro, pemberi pinjaman swasta dan CEO dari Margaret perusahaan pinjaman pedro, di mana kami menawarkan pinjaman kepada semua individu di seluruh benua asia, eropa dan sekitarnya, kami memberikan semua jenis pinjaman, seperti pinjaman usaha, pinjaman sekolah , kredit perumahan, kredit investasi, kredit untuk membeli mobil dan membangun rumah, pinjaman untuk industri berjalan, dll. pada tingkat bunga yang terjangkau dari 2%, hubungi kami hari ini untuk yang kesulitan keuangan Anda dan kami akan menempatkan solusi permanen untuk masalah keuangan Anda dan membantu kehidupan keuangan Anda stabil lagi. hubungi kami melalui email: margaretpedroloancompany@gmail.com
    APLIKASI DATA
    1) Nama Lengkap:
    2) Negara:
    3) Alamat:
    4) Negara:
    5) Seks:
    6) Status perkawinan:
    7) Bekerja:
    8) Nomor Telepon:
    9) Posisi sekarang di tempat kerja:
    10) Pendapatan Bulanan:
    11) Jumlah pinjaman yang diperlukan:
    12) Durasi Pinjaman:
    13) Tujuan pinjaman:
    14) Agama:
    15) Apakah Anda diterapkan sebelum:
    16) Tanggal Lahir:
    Mrs, Margaret CEO.
    Email: margaretpedroloancompany@gmail.com

    BalasHapus