Selain memberi kesempatan
kepada yang berusia muda, industri perbankan juga memberi tempat tersendiri
kepada bankir-bankir tua. Meski jumlahnya sedikit namun perannya seringkali tak
tergantikan.
Dalam industri perbankan modern
seperti saat ini, usia memang bukan penghalang seseorang meraih jabatan
tertinggi. Namun dalam bisnis yang penuh persaingan dan penuh aturan,
kematangan diri dan pengalaman tentu akan menjadi pembeda antara satu bankir
dengan yang lain. Kematangan diri dan pengalaman tentu tidak bisa dipisahkan durasi
jam terbang dan karena itu juga dari faktor usia.
Beberapa tahun terakhir
ini, jika kita perhatikan, memang telah banyak bermunculan bankir-bankir
berusia muda (berusia sekitar 40 tahun) yang sudah menjabat sebagai direktur di
bank-bank besar. Jumlahnya bahkan sudah mendominasi bank-bank besar. Fenomena
itu berbeda sekali jika dibandingkan pada beberapa dasawarsa yang lalu saat
industri perbankan memulai masa-masa perkembangannya.
Pada era 80an hingga
90an, direktur sebuah bank selalu didominasi oleh seseorang yang berusia di
atas 50 tahun bahkan di atas 55 tahun. Kini dari sekitar 100 direktur di
sepuluh bank-bank besar, hanya 18 orang yang berusia di atas 56 tahun.
Oleh karena itu, tidaklah
mudah menemukan bankir-bankir dengan usia di atas 55 tahun dan masih aktif di
bank saat ini. Bankir dengan usia tersebut kemungkinan lebih memilih pensiun
atau bisa jadi diganti dengan bankir yang lebih muda. Di Indonesia, usia
pensiun untuk pegawai negeri memang ditetapkan 55 tahun. Meskipun tidak
menggunakan aturan itu, namun biasanya banyak juga yang mengikuti pakem
tersebut.
Dalam sebuah riset yang
dilakukan Alexandra Michel, asisten profesor manajemen
di University of Southern California School of Business, tahun lalu muncul jawaban mengapa tak banyak
bankir berusia tua.
Selama risetnya, Michel mengamati para bankir Wall Street di kantor mereka dengan cara duduk
di samping mereka, mengikuti pertemuan, mencatat jam kerja mereka. Bahkan dia ikut lembur selama lebih dari 100 jam seminggu pada tahun pertama, sekitar 80 jam seminggu
pada tahun kedua dan kemudian ditindaklanjuti dengan wawancara.
Selama dua tahun pertama, para bankir
bekerja rata-rata 80-120 jam seminggu dengan bersemangat dan energik. Biasanya
tiba pada pukul 6 pagi dan meninggalkan kantor sekitar tengah malam.
"Pada tahun keempat, banyak bankir
yang berantakan. Ada yang kurang tidur dan menyalahkan tubuhnya karena tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan. Sementara lainnya mengalami alergi dan kecanduan
narkoba. Sisanya didiagnosis dengan penyakit jangka panjang seperti, psoriasis
arthritis, penyakit Crohn, radang sendi dan gangguan hormon," kata Michel dalam Wall Street Journal seperti
dilansir yahoonews.
Pada tahun keenam, para peserta penelitian
yang memasuki usia pertengahan 30 tahunan telah terpecah menjadi dua kubu.
Sebanyak 60 persen peserta tetap bekerja keras dan memprioritaskan pekerjaan.
Sedangkan 40 persen sisanya memutuskan untuk memprioritaskan kesehatan, memperhatikan
tidur, olahraga dan pola makan. Sekitar seperlima dari para bankir kemudian
meninggalkan profesinya.
"Bankir memiliki risiko tinggi
mengalami kejenuhan dan gangguan kesehatan mental karena tekanan
pekerjaannya," kata Alden Cass, psikolog klinis yang berpraktik di New
York.
Krisis ekonomi baru-baru ini telah menyebabkan kenaikan
tingkat stres pada karyawan bank-bank
di Wall Street.
Sebagian besar karyawan yang memutuskan berkonsultasi ke
psikolog, mencari bantuan karena hubungan pribadinya
dipengaruhi oleh pekerjaan. Beberapa dari mereka kemudian kecanduan obat seperti
Adderall atau Ritalin untuk mengatasi depresi. "Itulah
alasan mengapa tidak banyak ditemukan bankir investasi yang berusia tua. Ini
kehidupan yang sulit," kata Mr DeGarmo, mantan direktur Salomon Brothers,
salah satu bank ternama yang berinvestasi di Wall Street.
Pentingnya Pengalaman
Meski tidak
seratus persen sesuai dengan kondisi di Indonesia, setidaknya riset itu bisa
memberi gambaran betapa perbankan adalah industri yang riskan untuk orang-orang
berusia lanjut. Akan tetapi di sisi lain, karena perbankan adalah industri yang
penuh risiko –karena itu highly regulated,
bankir-bankir senior tetap memiliki peran sentral. “Mereka yang tua memberi semangat, bimbingan,
payung, kalau bank kecepatan diberitahu. Itu pentingnya kehadiran orang tua,”
kata Rostian Syamsudin, bankir berusia lebih dari 70 tahun.
Rostian adalah satu dari
sedikit bankir yang masih menduduki jabatan penting di sebuah bank. Saat ini
hanya kurang dari dua orang bankir dengan usia tergolong senior yang menduduki
posisi direktur di sepuluh bank besar di Indonesia. Rostian yang menjadi
Presiden Direktur di Panin Bank selama 18 tahun adalah salah satunya.
Kehadiran bankir-bankir dedengkot dinilai sangat dibutuhkan
untuk menghindari bank terlalu agresif dan berkecenderungan menabrak
rambu-rambu regulasi. Walaupun tidak selalu benar, namun anggapan umum
menyatakan bahwa orang muda lebih agresif ketimbang mereka yang berusia lebih
tua.
Namun yang pasti adalah
makin tua seorang bankir kemungkinan besar lebih banyak pengalamannya ketimbang
bankir yang lebih tua. “Bankir yang sudah berpengalaman selama 30 tahun tentu
berbeda dengan bankir yang pengalamannya baru 10 atau 20 tahun,” kata Krisna
Wijaya, Komisaris Bank Mandiri.
Keunggulan bankir yang
berpengalaman adalah mereka sudah memiliki kepercayaan dari publik, sedangkan
yang belum, harus membuktikan bahwa dia layak dipercaya dan mampu. Bahkan dalam
beberapa kasus tertentu, Krisna mengatakan, diperlukan bankir-bankir senior untuk
‘turun tangan’ lagi. “Karena banyak persoalan yang harus diselesaikan, situasi
itu membutuhkan bankir yang bertangan dingin, membutuhkan bankir berpengalaman
dan jam terbang yang tinggi.”
Kendati begitu, jam terbang
dan pengalaman kadang juga memiliki mata pisau lain yang mematikan. Lihat saja apa yang dilakukan oleh Bernard Madoff, seorang investment banker yang telah berusia 71
tahun. Pria yang pernah mengepalai bursa Nasdaq ini menipu nasabah hingga Rp450
triliun. Madoff yang tertangkap akhir 2008, didakwa melakukan penipuan
sekuritas, investasi, surat, dan hubungan telepon dan pencucian uang nasional
dan internasional.***
=================================================================
BANKIR SENIOR DI
PERBANKAN INDONESIA
1. Abdul Rachman, Direktur Perbankan Institusi Bank Mandiri
Abdul Rachman lahir pada
tahun 1954. Lulus dengan gelar BSc di bidang Akuntansi dari Universitas
Padjadjaran, Bandung pada 1980 dan MBA di bidang Manajemen Keuangan dari Kansas
State University, USA 1989.
Abdul Rachman mengawali
karir di perbankan saat dia bergabung dengan Bapindo pada tahun 1981. Jabatan
terakhirnya di Bapindo adalah sebagai Kepala Divisi Perbankan Internasional.
Di Bank Mandiri, dia
menjadi Wakil Presiden Senior, Corporate Banking. Sempat menjabat sebagai
Komisaris Bank Syariah Mandiri dan Komisaris Mandiri Sekuritas, pada 2005 dia
diangkat sebagai Managing Direktur Perbankan Korporasi Bank Mandiri sampai
Maret 2008.
2. Sarwono Sudarto, Direktur Operasional BRI
Dia memperoleh gelar
sarjana di bidang Administrasi Niaga dari Universitas Diponegoro 1975 dan MBA
Finance-nya dari Tulane University, Amerika Serikat pada tahun 1987. Kemudian
gelar Doktor dari Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta di
2011. Lelaki kelahiran 1952 ini mulai bergabung dengan BRI sejak tahun 1976. Tiga
puluh tahun kemudian, dia masuk dalam jajaran direksi BRI dan dipercaya sebagai
Direkur Operasional. Dia mengatakan dalam 4 tahun terakhir perseroan menambah
sekitar 2.000 kantor jaringan baik di pedesaan dan perkotaan. Total kantor yang
dimiliki BRI saat ini mencapai 7.738 kantor jaringan yang dihubungkan secara
online.
3. Asmawi Syam, Direktur Bisnis Kelembagaan BRI
Menjabat sebagai Direktur
Bisnis Kelembagaan BRI sejak September 2007.
Memulai karir perbankan di BRI sejak 1980 dan telah menduduki berbagai
jabatan manajerial diantaranya adalah kepala Divisi Bisnis Umum, Kepala Divisi
Consumer Banking, Pemimpin Wilayah bandung dan Pemimpin Wilayah Denpasar.
Pria kelahiran 1955 ini, bergelar
Sarjana Ekonomi dari Universitas Hasanuddin Makassar tahun 1979 dan Magister
Manajemen dari Universitas Padjajaran Bandung 2003. Telah mengikuti berbagai
pendidikan dan pelatihan bidang perbankan sebelum menjadi direktur BRI
4. Gatot Mudiantoro Suwondo, Direktur Utama BNI
Gatot lahir pada 1954.
Memperoleh gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas Mindanao State University,
Marawi City, Philippines (1979) dan Master of Business Administration dari
International University, Manila, Philippines (1982).
Sebelum di BNI, Gatot
menjadi Direktur Bank Danamon (2001-2005) dan beberapa tahun sebelumnya di Bank
Duta. Dia adalah adik ipar Susilo Bambang Yudhoyono, setelah menikahi adik dari
Ani Yudhoyono. Dari awal pengangkatan Gatot menjadi Dirut BNI pada 2008, sempat menggegerkan, mengingat
kinerja Gatot waktu dinilai para analis dan media yang di bawah rata-rata
direktur bank. Namun masalah ini nampaknya bisa diatasinya. Penghargaan sebagai
CEO terbaik di Indonesia menjadi buktinya.
5. Sutanto, Direktur BNI
Sutanto lahir pada 1954.
Menjabat Direktur BNI sejak 12 Mei 2010. Memperoleh gelar S2 General,
University of Drake. Jabatan sebelumnya
adalah Pemimpin Divisi Kebijakan dan Manajemen Risiko (2009), Pemimpin Divisi
Pendidikan dan Pelatihan Tbk (2008-2009), Wakil Pemimpin Divisi SDM
(2005-2008).
6. Yap Tjay soen, Direktur Keuangan BNI
Yap Tjay Soen lahir pada
tahun 1955. Menjabat Direktur sejak 6 Februari 2008. Memperoleh gelar MBA
Finance Mc Gill University, dan Bachelor of Engineering Mc Gill University. Kariernya
lebih banyak dihabiskan sebagai komisaris independen seperti di Bank Mandiri,
BNI dan PT Aneka Tambang.
Pada 1988, Yap sempat
menjabat sebagai Vice President di Citibank dan CEO Divisi Auto 2000 Group PT
Astra International.
7. Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA
Jahja Setiaatmadja (57)
yang awalnya bercita-cita sebagai dokter gigi. Anak dari kepala kasir yang
bekerja selama 35 tahun di Bank Indonesia ini kuliah di Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Setelah malang melintang
di beberapa industri, tahun 1990 dia ditawari bekerja di BCA. Posisi awalnya di
BCA sebagai Wakil Kepala Divisi di tahun 1990. Tahun 1999 Jahja diangkat oleh
BPPN menjadi Direktur BCA hingga tahun 2005 ia diangkat menjadi Wakil Presiden
Direktur BCA.
8. Ho Hon Cheong (Henry Ho), Direktur Utama Bank Danamon
Henry Ho merupakan warga
negara Malaysia kelahiran tahun 1954. Ia lulus dari University of Malaya -
Kuala Lumpur pada tahun 1978, dalam bidang Engineering – Mechanical.
Mendapatkan gelar B.Eng (Honours), lalu pada tahun 1980 mendapatkan gelar
Master in Business Administration di bidang Accounting & Finance dari
McGilll University, Montreal, Quebec, Canada.
Ho meniti kariernya di
Citibank hingga tahun 2002 dia memutuskan bekerja untuk Saudi American Bank
Riyadh, Arab Saudi sebagai General Manager and Group Head. Pada 2004 dia bergabung
dengan BII. Dia juga pernah bekerja untuk Temasek Holdings (Private) Ltd
sebagai Managing Director sejak tahun 2009.
9. Rostian Sjamsudin, Direktur Utama Bank Panin
Berusia genap 71 tahun, Rostian
Sjamsudin merupakan bankir paling senior yang menjabat posisi Direktur Utama.
Pria asal Sawah Lunto, Sumatra Barat ini bahkan sudah menduduki posisi penting di
Panin Bank sejak 18 tahun silam.
Rostian mengeyam
pendidikan sarjana di Universitas Padjadjaran, Bandung dan lulus pada tahun
1965. Mulai bergabung di Panin Bank pada tahun 1978 dengan jabatan sebagai
Assistant Director, kemudian menjabat sebagai Executive Vice President
(1981-1986), Senior Executive Vice President (1986-1994), dan diangkat sebagai
Presiden Direktur sejak tahun 1994.
10. Roosniati Salihin, Wakil Direktur
Utama Panin Bank
Roosniati lahir tahun 1948.
Perempuan ini sempat kuliah sastra Inggris di UCLA, Amerika pada 1965-1968) dan
di Sophia University, Tokyo (1968-1970). Dia juga pernah mengikuti pendidikan
di Tokyo Business School jurusan Manajemen (1970-1971).
Pada tahun 1971, dia bergabung
dengan Panin Bank dan menjadi Direktur 20 tahun kemudian. Menjabat sebagai
Komisaris di berbagai afiliasi Perseroan: Westpac Panin Bank (1991-1993)., ANZ
Panin Bank (1993-2000), DKB Panin Finance Ltd. (1991-2000).
11. Ahmad Hidayat, Direktur Keuangan
Panin Bank
Ahmad Hidayat lahir pada
tahun 1939. Pendidikan Akademi Akuntansi, Bandung pada tahun 1961 dan
Universitas Padjadjaran jurusan Ekonomi tahun 1963. Dia memulai karir pada Bank
of America sepanjang 1968-1988.
Bergabung dengan Panin
Bank sebagai Kepala Pembukuan (1986-1988). Kemudian dia pindah ke Bank Danamon
sebagai Head of Accounting Department (1988-1989). Kembali lagi ke Panin Bank pada
tahun 1989 dan menjabat sebagai Staff Direksi (1989-1991). Dia menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak
tahun 1994.
12. Iswanto Tjitradi, Direktur Perbankan
Korporasi
Iswanto Tjitradi
merupakan kelahiran tahun 1948. Menjabat sebagai Direktur Perbankan Korporasi
PaninBank sejak tahun 2009, sebelumnya menjabat sebagai Direktur Kepatuhan dan
Manajemen Risiko sejak tahun 1996. Lulus dari San Fransisco State University
tahun 1980.
Pernah berkarir di luar
PaninBank sejak tahun 1980 hingga 1996, yakni menjadi Senior Vice President di
LippoBank, Assistant Vice President di Citibank dan lainnya.
13. Wee Ee Cheong, Deputy Chairman dan
CEO UOB Indonesia
Dia merupakan warga
Singapura kelahiran 1954. Meraih gelar MA dan BS dari The American University.
Sudah bergabung dengan UOB grup sejak 1979. Saat ini ia merangkap sebagai Deputy Chairman dan CEO. Selain sebagai
bankir, ia juga adalah anggota dari asosiasi perbankan Singapura. Dia juga
pernah bekerja sebagai sebagai wakil ketua Dewan Perumahan dan Pembangunan singapura
dan pernah juga menjadi direktur Port of Singapore Authority.
(ditulis bulan April 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar