Kamis, 07 Maret 2013

Old Bankers Never Dies



Selain memberi kesempatan kepada yang berusia muda, industri perbankan juga memberi tempat tersendiri kepada bankir-bankir tua. Meski jumlahnya sedikit namun perannya seringkali tak tergantikan.


Dalam industri perbankan modern seperti saat ini, usia memang bukan penghalang seseorang meraih jabatan tertinggi. Namun dalam bisnis yang penuh persaingan dan penuh aturan, kematangan diri dan pengalaman tentu akan menjadi pembeda antara satu bankir dengan yang lain. Kematangan diri dan pengalaman tentu tidak bisa dipisahkan durasi jam terbang dan karena itu juga dari faktor usia.
Beberapa tahun terakhir ini, jika kita perhatikan, memang telah banyak bermunculan bankir-bankir berusia muda (berusia sekitar 40 tahun) yang sudah menjabat sebagai direktur di bank-bank besar. Jumlahnya bahkan sudah mendominasi bank-bank besar. Fenomena itu berbeda sekali jika dibandingkan pada beberapa dasawarsa yang lalu saat industri perbankan memulai masa-masa perkembangannya.
Pada era 80an hingga 90an, direktur sebuah bank selalu didominasi oleh seseorang yang berusia di atas 50 tahun bahkan di atas 55 tahun. Kini dari sekitar 100 direktur di sepuluh bank-bank besar, hanya 18 orang yang berusia di atas 56 tahun.
Oleh karena itu, tidaklah mudah menemukan bankir-bankir dengan usia di atas 55 tahun dan masih aktif di bank saat ini. Bankir dengan usia tersebut kemungkinan lebih memilih pensiun atau bisa jadi diganti dengan bankir yang lebih muda. Di Indonesia, usia pensiun untuk pegawai negeri memang ditetapkan 55 tahun. Meskipun tidak menggunakan aturan itu, namun biasanya banyak juga yang mengikuti pakem tersebut.
Dalam sebuah riset yang dilakukan Alexandra Michel, asisten profesor manajemen di University of Southern California School of Business, tahun lalu muncul jawaban mengapa tak banyak bankir berusia tua.
Selama risetnya, Michel mengamati para bankir Wall Street di kantor mereka dengan cara duduk di samping mereka, mengikuti pertemuan, mencatat jam kerja mereka. Bahkan dia ikut lembur selama lebih dari 100 jam seminggu pada tahun pertama, sekitar 80 jam seminggu pada tahun kedua dan kemudian ditindaklanjuti dengan wawancara.
Selama dua tahun pertama, para bankir bekerja rata-rata 80-120 jam seminggu dengan bersemangat dan energik. Biasanya tiba pada pukul 6 pagi dan meninggalkan kantor sekitar tengah malam.
"Pada tahun keempat, banyak bankir yang berantakan. Ada yang kurang tidur dan menyalahkan tubuhnya karena tidak mampu menyelesaikan pekerjaan. Sementara lainnya mengalami alergi dan kecanduan narkoba. Sisanya didiagnosis dengan penyakit jangka panjang seperti, psoriasis arthritis, penyakit Crohn, radang sendi dan gangguan hormon," kata Michel dalam Wall Street Journal seperti dilansir yahoonews.
Pada tahun keenam, para peserta penelitian yang memasuki usia pertengahan 30 tahunan telah terpecah menjadi dua kubu. Sebanyak 60 persen peserta tetap bekerja keras dan memprioritaskan pekerjaan. Sedangkan 40 persen sisanya memutuskan untuk memprioritaskan kesehatan, memperhatikan tidur, olahraga dan pola makan. Sekitar seperlima dari para bankir kemudian meninggalkan profesinya.
"Bankir memiliki risiko tinggi mengalami kejenuhan dan gangguan kesehatan mental karena tekanan pekerjaannya," kata Alden Cass, psikolog klinis yang berpraktik di New York.
Krisis ekonomi baru-baru ini telah menyebabkan kenaikan tingkat stres pada karyawan bank-bank di Wall Street.
Sebagian besar karyawan yang memutuskan berkonsultasi ke psikolog, mencari bantuan karena hubungan pribadinya dipengaruhi oleh pekerjaan. Beberapa dari mereka kemudian kecanduan obat seperti Adderall atau Ritalin untuk mengatasi depresi. "Itulah alasan mengapa tidak banyak ditemukan bankir investasi yang berusia tua. Ini kehidupan yang sulit," kata Mr DeGarmo, mantan direktur Salomon Brothers, salah satu bank ternama yang berinvestasi di Wall Street.

Pentingnya Pengalaman
Meski tidak seratus persen sesuai dengan kondisi di Indonesia, setidaknya riset itu bisa memberi gambaran betapa perbankan adalah industri yang riskan untuk orang-orang berusia lanjut. Akan tetapi di sisi lain, karena perbankan adalah industri yang penuh risiko –karena itu highly regulated, bankir-bankir senior tetap memiliki peran sentral. “Mereka yang tua memberi semangat, bimbingan, payung, kalau bank kecepatan diberitahu. Itu pentingnya kehadiran orang tua,” kata Rostian Syamsudin, bankir berusia lebih dari 70 tahun.
Rostian adalah satu dari sedikit bankir yang masih menduduki jabatan penting di sebuah bank. Saat ini hanya kurang dari dua orang bankir dengan usia tergolong senior yang menduduki posisi direktur di sepuluh bank besar di Indonesia. Rostian yang menjadi Presiden Direktur di Panin Bank selama 18 tahun adalah salah satunya.
Kehadiran bankir-bankir dedengkot dinilai sangat dibutuhkan untuk menghindari bank terlalu agresif dan berkecenderungan menabrak rambu-rambu regulasi. Walaupun tidak selalu benar, namun anggapan umum menyatakan bahwa orang muda lebih agresif ketimbang mereka yang berusia lebih tua.
Namun yang pasti adalah makin tua seorang bankir kemungkinan besar lebih banyak pengalamannya ketimbang bankir yang lebih tua. “Bankir yang sudah berpengalaman selama 30 tahun tentu berbeda dengan bankir yang pengalamannya baru 10 atau 20 tahun,” kata Krisna Wijaya, Komisaris Bank Mandiri.
Keunggulan bankir yang berpengalaman adalah mereka sudah memiliki kepercayaan dari publik, sedangkan yang belum, harus membuktikan bahwa dia layak dipercaya dan mampu. Bahkan dalam beberapa kasus tertentu, Krisna mengatakan, diperlukan bankir-bankir senior untuk ‘turun tangan’ lagi. “Karena banyak persoalan yang harus diselesaikan, situasi itu membutuhkan bankir yang bertangan dingin, membutuhkan bankir berpengalaman dan jam terbang yang tinggi.”
Kendati begitu, jam terbang dan pengalaman kadang juga memiliki mata pisau lain yang mematikan. Lihat saja apa yang dilakukan oleh Bernard Madoff, seorang investment banker yang telah berusia 71 tahun. Pria yang pernah mengepalai bursa Nasdaq ini menipu nasabah hingga Rp450 triliun. Madoff yang tertangkap akhir 2008, didakwa melakukan penipuan sekuritas, investasi, surat, dan hubungan telepon dan pencucian uang nasional dan internasional.***


================================================================= 
BANKIR SENIOR DI PERBANKAN INDONESIA
1.            Abdul Rachman, Direktur Perbankan Institusi Bank Mandiri
Abdul Rachman lahir pada tahun 1954. Lulus dengan gelar BSc di bidang Akuntansi dari Universitas Padjadjaran, Bandung pada 1980 dan MBA di bidang Manajemen Keuangan dari Kansas State University, USA 1989.
Abdul Rachman mengawali karir di perbankan saat dia bergabung dengan Bapindo pada tahun 1981. Jabatan terakhirnya di Bapindo adalah sebagai Kepala Divisi Perbankan Internasional.
Di Bank Mandiri, dia menjadi Wakil Presiden Senior, Corporate Banking. Sempat menjabat sebagai Komisaris Bank Syariah Mandiri dan Komisaris Mandiri Sekuritas, pada 2005 dia diangkat sebagai Managing Direktur Perbankan Korporasi Bank Mandiri sampai Maret 2008.

2.            Sarwono Sudarto, Direktur Operasional BRI
Dia memperoleh gelar sarjana di bidang Administrasi Niaga dari Universitas Diponegoro 1975 dan MBA Finance-nya dari Tulane University, Amerika Serikat pada tahun 1987. Kemudian gelar Doktor dari Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta di 2011. Lelaki kelahiran 1952 ini mulai bergabung dengan BRI sejak tahun 1976. Tiga puluh tahun kemudian, dia masuk dalam jajaran direksi BRI dan dipercaya sebagai Direkur Operasional. Dia mengatakan dalam 4 tahun terakhir perseroan menambah sekitar 2.000 kantor jaringan baik di pedesaan dan perkotaan. Total kantor yang dimiliki BRI saat ini mencapai 7.738 kantor jaringan yang dihubungkan secara online.
3.            Asmawi Syam, Direktur Bisnis Kelembagaan BRI               
Menjabat sebagai Direktur Bisnis Kelembagaan BRI sejak September 2007.  Memulai karir perbankan di BRI sejak 1980 dan telah menduduki berbagai jabatan manajerial diantaranya adalah kepala Divisi Bisnis Umum, Kepala Divisi Consumer Banking, Pemimpin Wilayah bandung dan Pemimpin Wilayah Denpasar.
Pria kelahiran 1955 ini, bergelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Hasanuddin Makassar tahun 1979 dan Magister Manajemen dari Universitas Padjajaran Bandung 2003. Telah mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan bidang perbankan sebelum menjadi direktur BRI

4.            Gatot Mudiantoro Suwondo, Direktur Utama BNI
Gatot lahir pada 1954. Memperoleh gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas Mindanao State University, Marawi City, Philippines (1979) dan Master of Business Administration dari International University, Manila, Philippines (1982).
Sebelum di BNI, Gatot menjadi Direktur Bank Danamon (2001-2005) dan beberapa tahun sebelumnya di Bank Duta. Dia adalah adik ipar Susilo Bambang Yudhoyono, setelah menikahi adik dari Ani Yudhoyono. Dari awal pengangkatan Gatot menjadi Dirut BNI  pada 2008, sempat menggegerkan, mengingat kinerja Gatot waktu dinilai para analis dan media yang di bawah rata-rata direktur bank. Namun masalah ini nampaknya bisa diatasinya. Penghargaan sebagai CEO terbaik di Indonesia menjadi buktinya.
5.            Sutanto, Direktur BNI
Sutanto lahir pada 1954. Menjabat Direktur BNI sejak 12 Mei 2010. Memperoleh gelar S2 General, University of Drake.  Jabatan sebelumnya adalah Pemimpin Divisi Kebijakan dan Manajemen Risiko (2009), Pemimpin Divisi Pendidikan dan Pelatihan Tbk (2008-2009), Wakil Pemimpin Divisi SDM (2005-2008).

6.            Yap Tjay soen, Direktur Keuangan BNI
Yap Tjay Soen lahir pada tahun 1955. Menjabat Direktur sejak 6 Februari 2008. Memperoleh gelar MBA Finance Mc Gill University, dan Bachelor of Engineering Mc Gill University. Kariernya lebih banyak dihabiskan sebagai komisaris independen seperti di Bank Mandiri, BNI dan PT Aneka Tambang.
Pada 1988, Yap sempat menjabat sebagai Vice President di Citibank dan CEO Divisi Auto 2000 Group PT Astra International.
7.            Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA
Jahja Setiaatmadja (57) yang awalnya bercita-cita sebagai dokter gigi. Anak dari kepala kasir yang bekerja selama 35 tahun di Bank Indonesia ini kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Setelah malang melintang di beberapa industri, tahun 1990 dia ditawari bekerja di BCA. Posisi awalnya di BCA sebagai Wakil Kepala Divisi di tahun 1990. Tahun 1999 Jahja diangkat oleh BPPN menjadi Direktur BCA hingga tahun 2005 ia diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur BCA.
8.            Ho Hon Cheong (Henry Ho), Direktur Utama Bank Danamon
Henry Ho merupakan warga negara Malaysia kelahiran tahun 1954. Ia lulus dari University of Malaya - Kuala Lumpur pada tahun 1978, dalam bidang Engineering – Mechanical. Mendapatkan gelar B.Eng (Honours), lalu pada tahun 1980 mendapatkan gelar Master in Business Administration di bidang Accounting & Finance dari McGilll University, Montreal, Quebec, Canada.
Ho meniti kariernya di Citibank hingga tahun 2002 dia memutuskan bekerja untuk Saudi American Bank Riyadh, Arab Saudi sebagai General Manager and Group Head. Pada 2004 dia bergabung dengan BII. Dia juga pernah bekerja untuk Temasek Holdings (Private) Ltd sebagai Managing Director sejak tahun 2009.
9.            Rostian Sjamsudin, Direktur Utama Bank Panin
Berusia genap 71 tahun, Rostian Sjamsudin merupakan bankir paling senior yang menjabat posisi Direktur Utama. Pria asal Sawah Lunto, Sumatra Barat ini bahkan sudah menduduki posisi penting di Panin Bank sejak 18 tahun silam.
Rostian mengeyam pendidikan sarjana di Universitas Padjadjaran, Bandung dan lulus pada tahun 1965. Mulai bergabung di Panin Bank pada tahun 1978 dengan jabatan sebagai Assistant Director, kemudian menjabat sebagai Executive Vice President (1981-1986), Senior Executive Vice President (1986-1994), dan diangkat sebagai Presiden Direktur sejak tahun 1994.
10.          Roosniati Salihin, Wakil Direktur Utama Panin Bank
Roosniati lahir tahun 1948. Perempuan ini sempat kuliah sastra Inggris di UCLA, Amerika pada 1965-1968) dan di Sophia University, Tokyo (1968-1970). Dia juga pernah mengikuti pendidikan di Tokyo Business School jurusan Manajemen (1970-1971).
Pada tahun 1971, dia bergabung dengan Panin Bank dan menjadi Direktur 20 tahun kemudian. Menjabat sebagai Komisaris di berbagai afiliasi Perseroan: Westpac Panin Bank (1991-1993)., ANZ Panin Bank (1993-2000), DKB Panin Finance Ltd. (1991-2000).
11.          Ahmad Hidayat, Direktur Keuangan Panin Bank
Ahmad Hidayat lahir pada tahun 1939. Pendidikan Akademi Akuntansi, Bandung pada tahun 1961 dan Universitas Padjadjaran jurusan Ekonomi tahun 1963. Dia memulai karir pada Bank of America sepanjang 1968-1988.
Bergabung dengan Panin Bank sebagai Kepala Pembukuan (1986-1988). Kemudian dia pindah ke Bank Danamon sebagai Head of Accounting Department (1988-1989). Kembali lagi ke Panin Bank pada tahun 1989 dan menjabat sebagai Staff Direksi (1989-1991).  Dia menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 1994.
12.          Iswanto Tjitradi, Direktur Perbankan Korporasi
Iswanto Tjitradi merupakan kelahiran tahun 1948. Menjabat sebagai Direktur Perbankan Korporasi PaninBank sejak tahun 2009, sebelumnya menjabat sebagai Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko sejak tahun 1996. Lulus dari San Fransisco State University tahun 1980.
Pernah berkarir di luar PaninBank sejak tahun 1980 hingga 1996, yakni menjadi Senior Vice President di LippoBank, Assistant Vice President di Citibank dan lainnya.
13.          Wee Ee Cheong, Deputy Chairman dan CEO UOB Indonesia
Dia merupakan warga Singapura kelahiran 1954. Meraih gelar MA dan BS dari The American University. Sudah bergabung dengan UOB grup sejak 1979. Saat ini ia merangkap sebagai  Deputy Chairman dan CEO. Selain sebagai bankir, ia juga adalah anggota dari asosiasi perbankan Singapura. Dia juga pernah bekerja sebagai sebagai wakil ketua Dewan Perumahan dan Pembangunan singapura dan pernah juga menjadi direktur Port of Singapore Authority.

(ditulis bulan April 2012)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar