Selasa, 11 Agustus 2015

Korban Ekspektasi Tinggi


Dirut RNI, dicopot dari jabatannya ketika kinerjanya dianggap mengecewakan karena terus mencatatkan kerugian. Namun demikian, menurut anggota DPR, penggantinya tidak memberikan harapan yang lebih baik.


Kementerian BUMN menjadi lembaga yang paling disorot beberapa bulan terakhir terkait dengan pemecatan jajaran direksinya. Dengan dalih tidak sesuai ekspektasi dalam menjalankan usaha, pemerintah mencopot beberapa direktur utama perusahaan negara. Setelah perusahaan umum Badan Usaha Logistik (Bulog), pemerintah juga merombak jajaran direksi produsen gula nasional, Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Kinerja, disebut-sebut menjadi alasan paling utama yang membuat Menteri BUMN, Rini Soemarno, mengganti direksi sebelumnya. “Kinerjanya sangat jelek. Selama 2014 perusahaan menderita kerugian. Situasinya tidak kondusif makanya diusulkan pergantian,” kata Rini.
Memang kerugian tidak bisa dipungkiri menjadi penyebab Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro dicopot dari jabatan yang dipegangnya selama tiga tahun belakangan. RNI mencatat rugi Rp22 miliar di 2011, sebelum Ismed masuk dan dipercaya menjadi Dirut RNI.
Saat Ismed diangkat sebagai dirut pada awal 2012, mantan wartawan itu mampu membalikkan kinerja keuangan sehingga RNI dari rugi bisa berubah menjadi untung sebesar Rp307 miliar. Akan tetapi, laba RNI turun ke angka Rp 33 miliar di tahun 2013. Bahkan pada tahun 2014, RNI mencatat rugi Rp 200 miliar (belum diaudit).
Ismed yang dicopot sejak Mei lalu, baru pada Juni efektif digantikan oleh B. Didik Prasetyo yang sebelumnya adalah Asisten Deputi bidang Usaha Energi, Pertambangan, Percetakan dan Pariwisata Kementerian BUMN, dan pernah menjadi Komisaris RNI pada 2013.
Namun prestasi membawa perusahaan mencetak laba di tahun pertamanya menjabat, tak membuat pemegang saham menahan rasa tidak puasnya pada kinerja Ismed. Pada Mei tahun ini, Ismed dicopot dari jabatannya.
Sebelumnya, Menteri BUMN juga mengganti Dirut Perum Bulog yang dijabat oleh Lenny Sugihat, yang awal penunjukannya digadang-gadang akan membawa perusahaan pengelola logistik nasional itu bergerak lebih baik dengan pengalamannya sebagai bankir dan alumnus IPB. Namun karena dinilai tidak perform dalam menyerap produksi beras dan gabah nasional, Lenny dipecat dan digantikan oleh Djarot Kusumayakti, yang menariknya adalah koleganya di BRI dan sempat menjalani uji kelayakan dan kepatutan enam bulan sebelumnya di tempat yang sama.
Namun berbeda Bulog, pengganti dari Ismed di RNI bukanlah koleganya atau orang yang sebelumnya menjalani ujian untuk jabatan yang sama. Kementerian BUMN menunjuk B. Didik Prasetyo, yang sebelumnya adalah Asisten Deputi bidang Usaha Energi, Pertambangan, Percetakan dan Pariwisata Kementerian BUMN dan pernah menjadi komisaris di RNI sepanjang 2008-2013.  
Selain posisi dirut, Kementerian juga mengganti jajaran direksi yang lain kecuali Djoko Retnadi sebagai Direktur Strategi Bisnis dan Inovasi.
Ismed yang diberhentikan mengaku akan fokus ke bisnisnya sendiri yang selama ini telah dirintis, setelah dia diberhentikan oleh Menteri BUMN dari posisi Dirut RNI. "Sejak saya diangkat menjadi dirut, ekspektasi saya tidak ingin lama-lama menduduki posisi ini. Saya akan fokus di perusahaan pribadi yang bergerak di bidang properti, trading. Saya juga tengah membangun pondok pesantren di Lembang Bandung," kata Ismed.
Dia menyatakan tidak ingin mempermasalahkan pergantian tersebut. Hal ini karena keputusan itu merupakan hak pemegang saham. Dia sendiri juga menyatakan siapapun yang diangkat untuk menduduki suatu jabatan, dia suatu saat harus bersiap turun.


Senasib
Ismed dan Lenny mungkin tidak pernah menyangka bahwa karier mereka dalam mengelola perusahaan negara akan berakhir hampir bersamaan. Karena pada April tahun ini, kedua perusahaan yang mereka pimpin telah menjalin kerjasama melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) mengenai pengembangan outlet pemasaran, kerjasama distribusi gula, dan distribusi beras.
Dalam sambutannya ketika itu, Ismed mengatakan, melalui kerjasama ini Bulog akan membantu RNI menyuplai kebutuhan beras untuk didistribusikan melalui Waroeng Rajawali dan Rajawalimart yang gerainya telah berjumlah ratusan. “Ritel milik RNI dapat menjadi simpul pendistribusian bahan pokok. Bersamaan dengan itu RNI pun kini tengah mengembangkan produk hilir Raja Beras, tentunya itu dapat disinergikan dengan Bulog. Dengan begitu kedua BUMN pangan ini dapat saling mengisi dalam menstabilkan harga kebutuhan bahan pokok,” ujar Ismed.
Ismed mengatakan, kerja sama ini tidak terbatas pada produk gula dan beras, dan merambah pada kebutuhan pokok lainnya, seperti daging sapi. RNI memiliki peternakan sapi dan kini terus mengembangkan sapi sawit di Sumatera Selatan, sementara Bulog memilaiki coolstorage dan tempat pemotongan, dan kedua hal itu dapat disinergikan.
Namun apa daya, rencana mereka untuk menindaklanjuti kesepakatan itu dengan membentuk tim pelaksana khusus untuk melakukan follow up hasil beserta target yang harus dicapai harus pupus. RNI kini dipimpin oleh B. Didik Prasetyo dan jajarannya yang sama sekali baru. Ada pun jajaran direksi lainnya adalah Eka Wahyudi sebagai direktur, Agung Primanto Murdantono sebagai direktur, dan Mochammad Yana Aditya sebagai direktur.
Namun demikian, kalangan DPR meragukan kemampuan jajaran direksi baru RNI, kalau mereka mampu menyehatkan BUMN di sektor industri gula tersebut. “Mestinya ditunjuk orang yang benar-benar memahami permasalahan internal PT RNI. Penunjukan Dirut RNI dari kalangan birokrat dianggap kurang tepat untuk menjawab tantangan zaman," kata Ketua Komisi VI DPR, Ahmad Hafizs.
Hafisz menyatakan memang tidak ada larangan bagi birokrat menjadi pimpinan di BUMN. "Hanya saja langkah itu tidak pas dengan situasi sekarang. Selain itu, birokrat tidak pernah memiliki pengalaman memimpin perusahaan  BUMN. Wajar publik mengkhawatirkan," ujar Hafizs.
Dia menilai RNI perlu direformasi total agar menjadi BUMN gula yang kuat dan mampu mendorong swasembada pangan. Pasalnya, sejumlah anak perusahaan itu dilaporkan merugi. "Rekam jejak direksinya tak ada yang bisa dibanggakan. Solusinya, RNI harus direformasi total agar menjadi BUMN gula yang kuat dan mampu mendorong swasembada pangan," kata Hafizs.


Dari Agro Industri Hingga Kondom
RNI bergerak di empat bidang usaha, yaitu agroindustri, farmasi dan alat kesehatan, perdagangan dan distribusi serta properti. Saat ini RNI sebagai perusahaan induk memiliki 13 anak perusahaan. Dalam bidang agro-industri, RNI memiliki dan mengelola 10 pabrik gula yang tersebar di Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa Timur, perkebunan sawit dan perkebunan teh serta beberapa pabrik pengolahan produk hulu dan samping berbasis tebu.
Di bidang perdagangan dan distribusi, RNI memiliki anak perusahaan dengan cabang-cabang yang terdapat di kota besar seluruh Indonesia dan gerai – gerai mini market dengan nama Rajawali Mart dan Waroeng Rajawali di Bali, Lombok, Makasar, Surabaya, Malang, Semarang, Jabodetabek, Serang Banten, Medan, menyusul akan dibuka di Yogyakarta, Palembang, Cirebon, Solo dan Madiun serta beberapa kota yang tengah digarap di Indonesia. Di bidang farmasi dan alat kesehatan meliputi pabrik obat, pabrik alat suntik dan kondom.



Profil Direksi RNI

B. Didiek Prasetyo,  Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), sebelumnya beliau sebagai Asisten Deputi bidang Usaha Energi, Pertambangan, Percetakan dan Pariwisata Kementerian BUMN. Pernah menjadi komisaris di PT RNI pada tahun 2008-2013.  

M. Yana Aditya atau biasa dipanggit Adit adalah lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Jabatan sebelumnya adalah Direktur Keuangan & SDM PT Balai Pustaka (Persero). Beliau juga seorang praktisi bisnis di bidang manajemen strategis dan manajemen keuangan. Sebelum bergabung di Balai Pustaka berkiprah di perbankan dan perhotelan.

Agung P. Murdanoto, Meraih Gelar Sarjana dari IPB, Gelar Master dan Doktor bidang Agricultural di Kyoto University. Beliau menjabat sebagai Direktur PT Mitra Kerinci sejak Maret 2012. Karir sebelumnya adalah Deputi Direktur Pengembangan  PT RNI tahun 2007-2012 dan Deputi Direktur Pengambangan Usaha Agro PT RNI 2004-1007

Elka Wahyudi, Meraih Gelar Sarjana Pertanian dari Universitas Jember pada tahun 1982. Menjabat sebagai Direktur Utama PTP Mitra Ogan pada tahun 2007-2013. Pernah menjadi GM Perdagangan Agro PT Rajawali Nusindo 2004-2007

Djoko Retnadi, Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Studi Pembangunan dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988 dan gelar Magister of Business, konsentrasi pada Finance and Banking dari Monash University Melbourne pada tahun 2000 sebelumnya menjabat sebagai Direktur Strategi Bisnis & Inovasi PT RNI sejak Mei 2014. Beliau memulai karir di BRI Pusat di Jakarta sempat menjabat sebagai Wakil Pemimpin Wilayah BRI Banjarmasin, Bandung, dan Jakarta.
(Sumber: RNI)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar