BI mempertahankan bunga acuan di
level 7,5 persen untuk meredam inflasi yang mengancam pada satu-dua bulan ke
depan. Akan tetapi, di tengah desakan untuk ikut mendorong pertumbuhan, BI
dinilai akan melonggarkan kebijakan lainnya.
Tidak ada yang semenarik penetapan bunga acuan dari Bank
Indonesia bulan lalu. Ketika sebelumnya ada drama antara pemerintah dan bank
sentral soal permintaan untuk membawa BI Rate lebih rendah, publik menunggu
apakah yang akan dilakukan otoritas moneter setelahnya.
Pada akhirnya Bank Indonesia, pada pengumuman 19 Mei lalu,
memang mempertahankan BI Rate di level 7,5 persen. Namun selain dilema antara
mendorong pertumbuhan dan mengendalikan inflasi, keputusan tersebut juga
memiliki implikasi penting pada integritas bank sentral.
Pada 7 Mei lalu, ketika membuka acara “Institute of
International Finance Asia Summit 2015”, secara terbuka Wakil Presiden Muhammad
Jusuf Kalla meminta BI untuk menurunkan suku bunga acuan. Penurunan suku bunga
diharapkan dapat memacu kinerja pertumbuhan ekonomi yang tengah berada dalam
tren perlambatan.
Permintaan dari Wapres yang juga pengusaha itu cukup
dipahami mengingat pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini meleset dari
target. Hal itu menjadi peringatan bagi pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf
Kalla yang sedari awal berjanji akan membawa pertumbuhan ekonomi RI di angka 7
persen dalam masa jabatan mereka.
Tak pelak dengan pertumbuhan tiga bulan pertama yang hanya
mencapai 4,7 persen, popularitas pasangan yang memenangkan pemilihan presiden
terketat sejak memakai cara pemilihan langsung langsung itu mulai tergelincir.
Untuk menyelamatkan target tahun ini sebesar 5,7 persen dan mendorong ekonomi
pemerintah meminta BI untuk menurunkan bunga acuan.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo yang tidak senang dengan
desakan yang bisa mengganggu independensi lembaganya menjawab secara tak
langsung kepada Wapres bahwa pihaknya tidak bisa diintervensi. Maka dari itu,
dilihat dari sisi integritas BI, keputusan untuk tidak menurunkan BI Rate, sekaligus
mempertahankan kebijakan moneter ketat pada pengumuman yang dilakukan 19 Mei
lalu, bisa dimengerti.
Jika saat itu BI menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong
pertumbuhan yang memang diperlukan oleh ekonomi, maka kredibilitas BI akan
sedikit tercoreng, karena sebelumnya ada desakan dari pemerintah. Berbeda jika
sebelumnya Wapres tidak meminta bank sentral menurunkan suku bunga. "Jika
BI akan memberikan kejutan lain dengan menurunkan bunga acuan..., melawan
komentar publik mereka kepada media, nilai tukar rupiah dan obligasi
kemungkinan akan berada di bawah tekanan karena kredibilitas mereka bisa
dikompromikan," kata analis di Australia & New Zealand Banking Group
Ltd, Devika Mehndiratta dalam sebuah catatan sebelum BI mengumumkan suku bunga
acuan, seperti dikutip dari Bloomberg.
Pemerintah, bukan BI
Akan tetapi menilai keputusan BI yang mempertahankan bunga
acuan sebagai tindakan yang tak mendukung pertumbuhan juga salah alamat, ketika
di saat yang sama belanja pemerintah masih minim. Padahal peran pemerintah
untuk mendorong pertumbuhan melalui penyerapan anggaran dan pembangunan
infrastruktur jauh lebih besar dibanding otoritas moneter.
Menurut Ahmad Erani Yustika, ekonom dari Institute for
Development of Economics and Finance (Indef) menilai, salah satu opsi yang
paling mungkin untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang melambat adalah
mempercepat penyerapan anggaran pemerintah. “Hal itulah yang akan mendorong
aktivitas ekonomi yang berujung pada perbaikan pertumbuhan ekonomi. Bagi saya,
percepatan penyerapan anggaran bakal jadi trigger
utama pertumbuhan ekonomi pada saat ini,” kata dia.
Penyerapan anggaran kementerian dan lembaga sampai April
2015 hanya sebesar 4,5 persen.
Wapres Jusuf Kalla kemudian meminta kementerian dan lembaga
untuk meningkatkan penyerapan anggaran belanja modal yang diakuinya sejauh ini
belum besar. “Bulan-bulan inilah kita harus tingkatkan," kata Kalla.
Menurut dia, angka penyerapan anggaran di tiap-tiap
kementerian dan lembaga berbeda-beda. Di samping anggaran rutin kementerian,
Kalla meminta agar anggaran pembangunan infrastruktur yang nilainya lebih dari
Rp300 triliun bisa segera berjalan.
Dalam siaran pers terkait pengumuman BI Rate, otoritas
moneter mengakui bahwa belum terealisasinya belanja pada beberapa kementerian
menjadi pangkal penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama
tahun ini. Hal itu juga didorong lemahnya kinerja beberapa komponen permintaan
domestik dan investasi pada sektor bangunan.
“Belum terealisirnya belanja pada beberapa kementerian dan
lembaga yang baru serta masih terbatasnya belanja modal terkait dengan
implementasi proyek-proyek infrastruktur pemerintah mengakibatkan lemahnya
kinerja konsumsi pemerintah dan investasi bangunan,” kata siaran itu.
Bahkan secara spasial, perlambatan ekonomi pada tiga bulan
pertama 2015 terjadi hampir merata di seluruh wilayah Indonesia, baik di
wilayah Jawa dan Jakarta, yang mengandalkan sektor manufaktur, maupun wilayah
Sumatera dan Kalimantan, daerah penghasil komoditas sumber daya alam.
BI mengharapkan pada kuartal kedua realisasi pengeluaran
fiskal oleh pemerintah bisa ditingkatkan yang didukung didukung oleh
meningkatnya konsumsi dan investasi serta meningkatnya penyaluran kredit oleh
perbankan.
Sementara itu, dalam pengumuman yang sama, BI mengakui bahwa
nilai tukar rupiah mengalami tekanan seiring penguatan dollar AS terhadap
hampir semua mata uang. Pada triwulan I 2015, rupiah secara rata-rata melemah
sebesar 4,4 persen (antar triwulan) ke level Rp12.807 per dollar AS. Penguatan mata
uang negeri Paman Sam yang terjadi terhadap mayoritas mata uang dunia ditopang
oleh ekonomi AS yang membaik dan kebijakan pelonggaran kuantitatif dari Bank
Sentral Eropa. Namun, rupiah kembali menguat di bulan April 2015 sejalan dengan
koreksi dolar AS dan persepsi risiko perekonomian domestik yang membaik. Menurut
catatan BI, rupiah secara rata-rata menguat 0,95 persen (dari bulan lalu) ke
level Rp12.944 per dolar AS.
Menurut catatan Bloomberg, mata uang rupiah telah turun
sekitar 6 persen tahun ini terhadap dollar AS, yang menjadikannya sebagai mata
uang yang melemah paling besar di antara 11 mata uang Asia yang paling
diperdagangkan. Sehingga, jikalaiu saja BI menurunkan tingkat suku bunga pada
Rapat Dewan Gubernur bulan lalu, rupiah akan terjerembab lebih dalam lagi.
Jalan Lain
Oleh karena itu mempertahankan BI Rate merupakan jalan
terbaik yang bisa diambil bank sentral. Selain untuk meneruskan pertahanan
melawan inflasi yang kemungkinan akan naik dalam dua bulan ke depan jelang
bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri, langkah ini juga menjaga citra
independensi bank sentral.
Untuk mendorong perekonomian setidaknya dalam jangka pendek,
BI tampaknya bisa menggunakan cara lain. Salah satunya adalah pelonggaran
aturan giro wajib minimum (GWM) yang bisa mengucurkan tambahan likuiditas buat
perbankan.
Saat ini kewajiban yang berlaku untuk bank umum konvensional
adalah GWM Primer sebesar 8 persen dari dana pihak ketiga rupiah dan GWM
Sekunder sebesar 4 persen dari dana rupiah. Pembayaran reserve requirement sekunder dikaitkan dengan jumlah kredit
dibandingkan dengan dana atau loan to deposit ratio (LDR). GWM dalam valuta
asing ditetapkan sebesar 8 persen dari DPK dalam valuta asing.
Selain itu, BI juga sudah mewacanakan akan meninjau kembali
aturan loan to value (LTV) untuk
membeli rumah pertama. Menurut aturan yang ada saat ini, LTV ditetapkan sebesar
70 persen. Artinya, jika ada orang yang hendak membeli rumah pertama, dia harus
menyediakan pembiayaan sendiri sebesar 30 persen dan 70 persen sisanya dapat
diperoleh melalui kredit bank.
Penurunan LTV ini akan membuat pembeli membiayai sendiri
rumahnya dengan dana yang lebih kecil. Diharapkan, semakin banyak orang yang
mampu membeli rumah melalui penurunan LTV ini sehingga meningkatkan konsumsi
domestik yang menopang pertumbuhan ekonomi.
Hal itu memang menjadi kompromi terbaik saat ini dan BI
tetap bisa menjaga independensinya sekaligus bisa memberi ‘andil’ pada
pertumbuhan ekonomi.
Halo, nama saya Mia Aris.S. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800.000.000 (800 JUTA ) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah i diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena aku berjanji padanya bahwa aku akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman dalam bentuk apapun, silahkan hubungi dia melalui emailnya: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com
BalasHapusAnda juga dapat menghubungi saya di email saya ladymia383@gmail.com.
Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk bertemu dengan pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening bulanan.
halo
BalasHapusApakah Anda mencari pinjaman? Anda berada di tempat yang tepat untuk solusi pinjaman Anda di sini! MARGARET PEDRO KREDIT PERUSAHAAN memberikan fasilitas pinjaman kepada perusahaan dan individu pada tingkat bunga rendah dan terjangkau dari 2%. silahkan hubungi kami hari ini melalui email: margaretpedroloancompany@gmail.com
APLIKASI DATA
1) Nama Lengkap:
2) Negara:
3) Alamat:
4) Negara:
5) Sex:
6) Status perkawinan:
7) Pekerjaan:
8) Nomor Telepon:
9) Posisi sekarang di tempat kerja:
10) Pendapatan Bulanan:
11) Jumlah pinjaman yang diperlukan:
12) Durasi Pinjaman:
13) Tujuan pinjaman:
14) Agama:
15) Apakah Anda menerapkan sebelum:
16) Tanggal Lahir:
Terima kasih.
Halo,
BalasHapusApakah Anda secara finansial turun? mendapatkan pinjaman sekarang dan bisnis Anda menghidupkan kembali, Kami adalah pemberi pinjaman yang handal dan kami memulai program pinjaman ini untuk memberantas kemiskinan dan menciptakan kesempatan bagi yang kurang istimewa untuk memungkinkan mereka membangun sendiri dan menghidupkan kembali bisnis mereka tahun baru ini. untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami melalui email: (gloryloanfirm@gmail.com). mengisi formulir Informasi Peminjam bawah:
Nama lengkap: _______________
Negara: __________________
Sex: ______________________
Umur: ______________________
Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
Durasi Pinjaman: ____________
Tujuan pinjaman: _____________
Nomor ponsel: ________
silahkan mengajukan permohonan perusahaan yang sah.