Rabu, 18 Juli 2018

Dua Mata Pisau Blockchain


Blockchain, teknologi baru yang disebut-sebut sebagai generasi kedua Internet tengah menjadi perhatian industri keuangan. Peluangnya yang begitu besar dalam menciptakan efisiensi dalam bisnis perbankan, berbanding lurus dengan risiko dalam meminggirkan peran lembaga itu.


Setelah tergopoh-gopoh menyambut tantangan dari perusahaan financial technology, perkembangan digital juga telah mengorbitkan hal baru yang akan kembali mengagetkan perbankan. Ia adalah blockchain, yang kini menjadi topik terhangat bagi para pelaku di industri keuangan. Bahkan, menurut media-media internasional, hampir setiap bank global kini tengah bereksperimen dengan blockchain, ketika mereka mencoba memangkas biaya-biaya dan efisiensi operasional seperti yang dijanjikan oleh teknologi itu.
                Mungkin, dalam menghadapi perkembangan teknologi sejak revolusi industri hingga kemunculan Internet, industri keuangan terutama perbankan tidak sekhawatir ketika menghadapi teknologi blockchain ini. Bagaimana tidak, dengan sifatnya yang terbuka dan meniadakan perantara dalam setiap transaksi, blockchain disebut-sebut akan menafikan keberadaan bank sebagai pihak penghubung antara pemilik dana dan peminjam.
                Teknologi tersebut lahir pada 2009 lalu, bersamaan dengan kemunculan apa yang disebut bitcoin, dari seseorang yang memiliki nama di dunia maya Satoshi Nakamoto. Dengan blockchain, seseorang tidak membutuhkan institusi perantara untuk melakukan transfer dana ke pihak lain,
dalam waktu lebih singkat, biaya lebih murah, dan bahkan jauh lebih aman.
                Blockchain, dalam bahasa sederhana adalah basis data global online—yang bisa dipakai siapa saja di seluruh dunia yang terkoneksi internet. Tak seperti basis data lain yang biasanya dimiliki oleh institusi tertentu seperti bank atau pemerintah, blockchain tidak dimilik siapa-siapa. Hal itu membuatnya lebih transparan karena bisa diakses oleh siapa saja.
                Mari kita bayangkan mengenai data transaksi atau informasi kita sebagai nasabah yang dimiliki oleh bank yang disimpan di server secara sentralisasi di suatu tempat. Jika data itu hilang karena bencana alam atau kebakaran, kemana lagi kita bisa mengklarifikasi bahwa kita adalah nasabah mereka?
Berbeda dengan blockchain, yang semua data transaksi bisa dilihat oleh semua penggunanya. Data itu juga disimpan secara permanen di seluruh jaringan penggunanya, karena informasi yang dikumpulkan juga didistribusikan ke semua orang. Setiap pengguna baru akan menjadikan servernya sendiri sebagai penyimpan data transaksi, dan setiap tambahan data akan segera disimpan dan dikunci di sana tepat beberapa menit setelahnya. Hal inilah yang menjadikan blockchain aman.
                Setiap transaksi yang terjadi akan dicatat oleh komputer para pengguna sekaligus diumumkan untuk diverifikasi. Catatan transaksi itu lalu dikombinasikan dengan catatan-catatan transaksi lain, lantas diikat—atau dirantai—sesuai kronologi. Rekaman transaksi itu yang kemudian disebut blok—block. Dan rentetan blok itu yang disebut blockchain.
Menurut salah satu artikel di Harvard Business Review yang terbit tepat tahun lalu, penyimpanan data, uang, ekuitas, kontrak dan aset lainnya lebih aman di blockchain. Penyebabnya, kata artikel itu, kepercayaan muncul bukan oleh perantara yang kuat seperti bank dan pemerintah, namun melalui jaringan konsensus, kriptografi, kolaborasi, dan kode pintar.
Dengan blockchain, untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, dua atau lebih pihak, apakah bisnis atau individu yang bahkan mungkin tidak mengenal satu sama lain, dapat membuat  kesepakatan, melakukan transaksi, dan membangun nilai tanpa bergantung pada perantara. Begitu kata artikel Harvard di atas.
Tak pelak hal ini menjadi sorotan utama perbankan dan juga industri keuangan lainnya. Bagaimana tidak, jika perkembangan teknologi lainnya tidak memberikan risiko hilangnya peran mereka dalam transaksi, dengan sistem blockchain, risiko itu nyata di depan mata.
Boleh dibilang di Indonesia belum ada bank yang benar-benar sudah menerapkan blockchain dalam layanan keseharian mereka, namun di luar negeri gelombang itu mulai kentara. Salah satu bank yang telah menerapkan blockchain pada sistemnya adalah Royal Bank of Canada (RBC).
Tahun lalu, mereka mengembangkan sistem yang disebut distributed ledger technology (DLT) yang berbasis teknologi blockchain yang diberi nama Hyperledger. Penerapan itu sudah dilakukan dalam transaksi finansial cabang mereka di Amerika Serikat dan Kanada. Artinya teknologi ini bila dipakai oleh bank konvensional lainnya, bisa jadi akan memakai nama yang berbeda dengan konsep tetap sama karena dikembangkan berbasis open source.
Vice President RBC Martin Wildberger, seperti dikutip dari Reuters, menyebut penerapan sistem ini dilakukan karena kesadaran mereka pada potensi teknologi ini. Selain itu, blockchain juga terbukti mempercepat transaksi pembayaran, mengurangi kompleksitas transaksi terutama di bagian back office, sekaligus menekan biaya.

Risiko Blockchain
Awalnya memang muncul keengganan pada bank untuk mengadopsi teknologi blockchain karena citranya yang sangat melekat pada transaksi bitcoin. Namun setelah citra itu mulai  pudar, bank tampaknya bersemangat untuk menerapkanya pada banyak hal. Blockchain adalah sistemnya, sementara bitcoin ada produk turunannya.
Namun demikian, salah satu dampak besar yang akan dihadapi perbankan ketika blockchain benar-benar diadaptasi penuh oleh banyak bank, adalah disrupsi di sejumlah pekerjaan, terutama di bagian back office. "Bank sadar kalau blockchain menantang model bisnis mereka yang masih tradisional," kata Senior Assosiate di Norton Rose Fullbright Johanessburg, Nerushka Bowan.
Menurutnya, fungsi bank dalam hal perantara pertukaran dana menjadi tak diperlukan lagi ketika blockchain muncul dan berkembang. Dampak itulah yang tampaknya membuat regulator di seluruh dunia, tidak tergesa-gesa merekomendasikan atau melarang penerapan teknologi ini, berbeda ketika menghadapi bitcoin.
Di Indonesia, regulator sistem pembayaran yang dipegang oleh Bank Indonesia dengan tegas melarang penggunaan bitcoin dan sejenisnya untuk dijadikan alat pembayaran yang sah. Meski demikian, ketika menghadapi blockchain, nada pernyataannya tampak lebih ramah.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan & Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Eni V Panggabean berpendapat blockchain dapat memberikan peluang untuk pengembangan sistem keuangan sekaligus membawa tantangan baru.
Peluang yang diciptakan oleh blockchain cukup banyak seperti dapat memperluas akses terhadap layanan keuangan, bisnis proses yang lebih efisien, peningkatan keamanan teknologi, biaya transaksi dan pemprosesan yang relatif lebih murah, serta sisi regulator dan biaya teknologi informasi lebih efisien.
                Akan tetapi, teknologi ini juga menyimpan risiko yang juga tidak ringan. “Blockchain memiliki risiko dalam hal perlindungan konsumen, keamanan data, pencucian uang dan pendanaan terorisme, stabilitas sistem keuangan, efektivitas kebijakan moneter, cyber crime, disintermediasi, dan financial integrity,” jelas Eni.
Dari sisi IT, keamanan data konsumen tidak terjamin seperti di mata uang konvensional. Kehadiran blockchain dapat mempermudah kegiatan pencucian uang oleh berbagai kalangan dengan mudah karena teknologi ini dapat memberikan kemudahan transaksi bagi siapaun dan di manapun.
Pendanaan terorisme juga menjadi lebih sulit untuk ditelusuri jika dibandingkan dengan mata uang konvensional di mana kegiatan terorisme dapat didanai dengan mengirimkan uang digital ke organisasi di berbagai belahan dunia. Selain itu, kejahatan yang dilakukan melalui Internet juga menjadi lebih mudah sehingga menjadi lahan basah bagi para pelaku cyber crime.
Dari sisi keuangan sistem blockchain yang bersifat desentralisasi memberikan ancaman terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia yang selama ini bersifat sentralisasi. Kebijakan moneter yang selama ini diatur oleh pihak Bank Indonesia juga terancam dalam segi efektivitas karena hingga saat ini sistem blockchain belum bisa diatur oleh regulator.

(DIPUBLIKASIKAN MAR-APR 2018)

2 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus
  2. Saya sangat bersyukur kepada Ibu Fraanca Smith karena telah memberi saya
    pinjaman sebesar Rp900.000.000,00 saya telah berhutang selama
    bertahun-tahun sehingga saya mencari pinjaman dengan sejarah kredit nol dan
    saya telah ke banyak rumah keuangan untuk meminta bantuan namun semua
    menolak saya karena rasio hutang saya yang tinggi dan sejarah kredit rendah
    yang saya cari di internet dan tidak pernah menyerah saya membaca dan
    belajar tentang Franca Smith di salah satu blog saya menghubungi franca
    smith konsultan kredit via email:(francasmithloancompany@gmail.com) dengan
    keyakinan bahwa pinjaman saya diberikan pada awal tahun ini tahun dan
    harapan datang lagi, kemudian saya menyadari bahwa tidak semua perusahaan
    pinjaman di blog benar-benar palsu karena semua hautang finansial saya
    telah diselesaikan, sekarang saya memiliki nilai yang sangat besar dan
    usaha bisnis yang patut ditiru, saya tidak dapat mempertahankan ini untuk
    diri saya jadi saya harus memulai dengan membagikan kesaksian perubahan
    hidup ini yang dapat Anda hubungi Ibu franca Smith via email:(
    francasmithloancompany@gmail.com)

    BalasHapus