Rabu, 18 Juli 2018

Menembus Puncak di Usia 40


Orang-orang muda mulai mendapat tempat di jajaran puncak manajemen bank. Di beberapa bank pengaruhnya sudah mulai terasa, ada yang mempengaruhi perusahaan hingga terjadi turn-around dan yang lainnya berhasil mendongkrak profit perusahaan.

Sekarang memang zamannya perubahan. Hampir segala hal sedang berubah termasuk ‘hukum’ yang sudah lama dianut oleh para pelaku di industri perbankan, bahwa bankir yang sudah berpengalaman dan sudah mengalami ‘tour of duty’ yang panjang yang bisa mencapai puncak karier. Kini makin banyak kita lihat, orang-orang yang berusia muda, sekitar 40-an –usia yang satu dekade lalu tidak mungkin– berada di kursi direktur.
                Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki aturan sangat ketat baik, dalam operasional bisnis maupun manajemen internal. Tidak mudah bagi seseorang bankir untuk menembus manajemen puncak dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun. Bahkan untuk ukuran standar beberapa dekade lalu, hal tersebut terbilang mustahil.
                Kini standar tersebut sudah mulai bergeser. Pameo life begin at forty, yang bisa juga berarti pada usia 40-an seseorang sudah sanggup mencapai puncak jabatan, dilanjutkan dengan pameo, I’m not forty, I’m eighteen with twenty two years experience.
                Hal itu dibuktikan dengan fenomena beberapa tahun belakangan ketika beberapa figur berusia muda mulai masuk ke dalam jajaran direksi. Malahan beberapa ada yang menduduki jabatan direktur utama di bank-bank berskala nasional yang masuk dalam bank beraset terbesar.
                Sebut saja, Kartika Wirjoatmodjo, yang pada Maret tahun lalu ditunjuk menjadi Direktur Bank Mandiri, yang masih berusia 44 tahun. Atau ada juga Tigor M Siahaan yang menduduki jabatan puncak di Bank CIMB Niaga dan berusia 44 tahun. Nama terakhir sejatinya sudah berkibar sejak 2012 sejak ia menjadi orang nomor satu di Citibank Indonesia. Itu berarti Tigor sudah menduduki jabatan puncak saat usianya masih 30-an.
                Dalam jajaran 15 bank beraset terbesar di Tanah Air, beberapa bankir muda juga sudah mulai ‘unjuk gigi’. Dari 132 eksekutif papan atas bank-bank tersebut, setidaknya ada 33 bankir yang masih masuk ‘kepala empat’. Dengan menguasai seperempat dari jajaran direksi di bank-bank besar maka bisa diartikan bahwa suara mereka akan makin didengar dan diejawantahkan dalam kebijakan perusahaan.
Kehadiran dua nama itu bukan cuma memenuhi ekspektasi zaman akan perlunya generasi baru dalam industri perbankan, namun lebih dari itu memberikan dampak yang signifikan untuk kinerja perusahaan. Bank Mandiri, setelah Tiko –panggilan akrab Kartika– mencetak  laba bersih sebesar Rp4,1 triliun dalam tiga bulan pertama tahun ini. Realisasi itu tercatat tumbuh 6,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp3,8 triliun, di hari-hari pertama Tiko menjadi dirut. Jika dihitung hingga kuartal kedua, laba bank tersebut mencapai Rp9,5 triliun atau tumbuh 33,7 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Tigor lebih hebat lagi. Sejak ditunjuk menjadi dirut CIMB Niaga pada 2015, polesan kebijakannya sudah terasa. Sepanjang 2016, bank melaporkan perolehan laba bersih konsolidasi sebesar Rp2,08 triliun melonjak seebsar 386,4 dibanding periode setahun sebelumnya. Jika ditilik hingga kuartal kedua tahun ini, angkanya  mencapai Rp 1,4 triliun, naik 87,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Jajaran Direksi Muda
Secara individu boleh dibilang kehadiran bankir muda memberi pengaruh kepada kinerja bisnis bank. Akan tetapi, jajaran direksi yang banyak diisi bankir 40-an juga memberi pengaruh signifikan juga. Di Bank Permata, misalnya. Bank tersebut berhasil melakukan turn-around dengan membukukan laba bersih konsolidasi sepanjang semester pertama 2017 sebesar Rp621 miliar. Padahal pada periode yang sama pada 2016, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp836 miliar.
Sebelumnya pada Maret, pemegang saham telah menetapkan jajaran direksi baru. Dari 10 nama, terdapat 4 nama yang masih kepala empat. Mereka adalah Lea Setianti, 44 tahun; Bianto Surodjo, 44 tahun; Darwin Wibowo, 43 tahun; dan Loh Tee Bon, 47 tahun.
Di CIMB Niaga, di samping dipimpin oleh darah muda, jajaran direksinya pun diwarnai oleh mereka yang masih energik. Dari 10 direksi yang mengisi top management, 4 di antara mereka berusia 44 tahun. Sejalan dengan itu, kinerja bisnisnya pun kinclong.
                Selain dua bank tersebut ada juga bank yang diisi oleh lebih dari satu dalam jajaran 10 bank beraset tergemuk. Mereka adalah BTN, Bank Panin, Permata Bank, Bank Danamon dan Bank NISP yang masing-masing mengisi tiga direksi mereka dengan bankir berusia 40-an.
                Meski demikian, ide untuk membawa darah muda ke dalam lingkaran dewan direksi di sebuah bank masih menjadi sesuatu yang mahal. Berdasarkan riset dari Pusat Data dan Analisis Stabilitas, rata-rata usia direksi dalam jajaran 10 bank beraset terbesar masih di atas 50 tahun.
                BRI sebagai bank beraset paling gemuk di Indonesia bahkan tidak memiliki satu nama pun di jajaran direksinya yang berusia antara 40-49 tahun. Rata-rata usia direksi di bank penguasa kredit mikro itu adalah 55,5 tahun. Bank Mandiri yang tempatnya digantikan BRI sebagai bank beraset terbesar beberapa tahun lalu, direksinya memiliki usia rata-rata 53,6 tahun.
                Dalam jajaran tersebut, CIMB Niaga adalah bank yang memiliki usia rata-rata direksi di angka yang paling muda yaitu 50,3 tahun, yang tidak bisa dilepaskan dari empat direksinya yang berusia 44 tahun, termasuk Tigor Siahaan. Akan tetapi di luar 10 besar itu, tepatnya diundakan ke-11 yaitu Bank OCBC NISP, rata-rata usia direksinya adalah 49 tahun.
                Berdasarkan riset yang sama, tim Stabilitas juga menemukan bahwa jika dikaitkan dengan aset bank, tidak ada bank yang mengisi kuadran pertama (kuadran yang paling ideal: bankir muda di bank beraset di atas Rp200 triliun). Bank-bank beraset besar masih mengisi jajaran direksinya dengan bankir-bankir senior berusia rata-rata di atas 50 tahun.
                Sementara itu, di industri perbankan syariah, berdasarkan riset dari Stabilitas juga, penerimaan terhadap bankir-bankir muda lebih terbuka. Rata-rata bankir berusia muda di bank yang tidak mengenakan sistem bunga dalam operasionalnya itu, lebih rendah dari rata-rata usia koleganya di konvensional. Dari 10 bank beraset terbesar di syariah, ada bank yang rata-rata direksinya berusia 44 tahun yaitu Maybank Syariah. Di tempat berikutnya ada bank BNI Syariah dengan usia rata-rata direksinya berada di angka 47 tahun.          
Di luar negeri, fenomena munculnya orang-orang muda di level direktur juga terjadi. Tahun lalu Majalah Forbes membuat sebuah daftar eksekutif-eksekutif muda di usia 30 yang sudah menduduki managemen puncak di sektor keuangan. Ada nama Jonathan Birnbaum yang pada usia 29 tahun sudah menjabat Chief Operating Officer di Morgan Stanley, sebuah lembaga keuangan raksasa asal AS. Dalam pekerjaannya, Jonathan membawahi sekitar 100 bankir yang memperdagangkan surat utang terkait investment grade.
Morgan Stanley juga memiliki Jeffrey Sun, seorang direktur eksekutif berusia 29 tahun yang merupakan pedagang utama perusahaan dalam opsi produk minyak, mengelola eksposur bank investasi untuk hal-hal seperti bahan bakar jet dan diesel.
Goldman Sachs, raksasa keuangan lainnya juga memiliki tiga pegawainya dalam daftar itu, termasuk Andrew Silverman, seorang bond trader yang pada usia 28 tahun baru-baru ini dipromosikan menjadi managing director.
                Kini ketika makin banyak bankir-bankir yang tergolong millenials yang mengisi kursi-kursi di perbankan, ditambah praktik digital yang sudah merangsek ke segala sektor, bukan tidak mungkin dalam 5-10 tahun ke depan akan ada direktur bank yang berusia 30-an.
(DIPUBLIKASIKAN SEPT-OKT 2017)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar