Orang-orang muda mulai mendapat tempat di jajaran puncak
manajemen bank. Di beberapa bank pengaruhnya sudah mulai terasa, ada yang
mempengaruhi perusahaan hingga terjadi turn-around dan yang lainnya berhasil
mendongkrak profit perusahaan.
Sekarang memang zamannya perubahan. Hampir segala hal sedang
berubah termasuk ‘hukum’ yang sudah lama dianut oleh para pelaku di industri
perbankan, bahwa bankir yang sudah berpengalaman dan sudah mengalami ‘tour of duty’ yang panjang yang bisa
mencapai puncak karier. Kini makin banyak kita lihat, orang-orang yang berusia
muda, sekitar 40-an –usia yang satu dekade lalu tidak mungkin– berada di kursi
direktur.
Bank
adalah lembaga keuangan yang memiliki aturan sangat ketat baik, dalam
operasional bisnis maupun manajemen internal. Tidak mudah bagi seseorang bankir
untuk menembus manajemen puncak dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun. Bahkan untuk
ukuran standar beberapa dekade lalu, hal tersebut terbilang mustahil.
Kini
standar tersebut sudah mulai bergeser. Pameo life begin at forty, yang bisa juga berarti pada usia 40-an
seseorang sudah sanggup mencapai puncak jabatan, dilanjutkan dengan pameo, I’m not forty, I’m eighteen with twenty two
years experience.
Hal itu
dibuktikan dengan fenomena beberapa tahun belakangan ketika beberapa figur
berusia muda mulai masuk ke dalam jajaran direksi. Malahan beberapa ada yang
menduduki jabatan direktur utama di bank-bank berskala nasional yang masuk
dalam bank beraset terbesar.
Sebut
saja, Kartika Wirjoatmodjo, yang pada Maret tahun lalu ditunjuk menjadi
Direktur Bank Mandiri, yang masih berusia 44 tahun. Atau ada juga Tigor M
Siahaan yang menduduki jabatan puncak di Bank CIMB Niaga dan berusia 44 tahun.
Nama terakhir sejatinya sudah berkibar sejak 2012 sejak ia menjadi orang nomor
satu di Citibank Indonesia. Itu berarti Tigor sudah menduduki jabatan puncak
saat usianya masih 30-an.
Dalam
jajaran 15 bank beraset terbesar di Tanah Air, beberapa bankir muda juga sudah
mulai ‘unjuk gigi’. Dari 132 eksekutif papan atas bank-bank tersebut,
setidaknya ada 33 bankir yang masih masuk ‘kepala empat’. Dengan menguasai
seperempat dari jajaran direksi di bank-bank besar maka bisa diartikan bahwa
suara mereka akan makin didengar dan diejawantahkan dalam kebijakan perusahaan.
Kehadiran dua nama itu bukan cuma
memenuhi ekspektasi zaman akan perlunya generasi baru dalam industri perbankan,
namun lebih dari itu memberikan dampak yang signifikan untuk kinerja
perusahaan. Bank Mandiri, setelah Tiko –panggilan akrab Kartika– mencetak laba bersih sebesar Rp4,1 triliun dalam tiga
bulan pertama tahun ini. Realisasi itu tercatat tumbuh 6,9 persen dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp3,8 triliun, di hari-hari pertama Tiko
menjadi dirut. Jika dihitung hingga kuartal kedua, laba bank tersebut mencapai
Rp9,5 triliun atau tumbuh 33,7 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Tigor lebih hebat lagi. Sejak
ditunjuk menjadi dirut CIMB Niaga pada 2015, polesan kebijakannya sudah terasa.
Sepanjang 2016, bank melaporkan perolehan laba bersih konsolidasi sebesar
Rp2,08 triliun melonjak seebsar 386,4 dibanding periode setahun sebelumnya. Jika
ditilik hingga kuartal kedua tahun ini, angkanya mencapai Rp 1,4 triliun, naik 87,5 persen
dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Jajaran Direksi Muda
Secara individu boleh dibilang
kehadiran bankir muda memberi pengaruh kepada kinerja bisnis bank. Akan tetapi,
jajaran direksi yang banyak diisi bankir 40-an juga memberi pengaruh signifikan
juga. Di Bank Permata, misalnya. Bank tersebut berhasil melakukan turn-around dengan membukukan laba
bersih konsolidasi sepanjang semester pertama 2017 sebesar Rp621 miliar. Padahal
pada periode yang sama pada 2016, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp836
miliar.
Sebelumnya pada Maret, pemegang
saham telah menetapkan jajaran direksi baru. Dari 10 nama, terdapat 4 nama yang
masih kepala empat. Mereka adalah Lea Setianti, 44 tahun; Bianto Surodjo, 44
tahun; Darwin Wibowo, 43 tahun; dan Loh Tee Bon, 47 tahun.
Di CIMB Niaga, di samping
dipimpin oleh darah muda, jajaran direksinya pun diwarnai oleh mereka yang
masih energik. Dari 10 direksi yang mengisi top
management, 4 di antara mereka berusia 44 tahun. Sejalan dengan itu,
kinerja bisnisnya pun kinclong.
Selain
dua bank tersebut ada juga bank yang diisi oleh lebih dari satu dalam jajaran
10 bank beraset tergemuk. Mereka adalah BTN, Bank Panin, Permata Bank, Bank
Danamon dan Bank NISP yang masing-masing mengisi tiga direksi mereka dengan
bankir berusia 40-an.
Meski
demikian, ide untuk membawa darah muda ke dalam lingkaran dewan direksi di
sebuah bank masih menjadi sesuatu yang mahal. Berdasarkan riset dari Pusat Data
dan Analisis Stabilitas, rata-rata usia direksi dalam jajaran 10 bank beraset
terbesar masih di atas 50 tahun.
BRI
sebagai bank beraset paling gemuk di Indonesia bahkan tidak memiliki satu nama
pun di jajaran direksinya yang berusia antara 40-49 tahun. Rata-rata usia
direksi di bank penguasa kredit mikro itu adalah 55,5 tahun. Bank Mandiri yang
tempatnya digantikan BRI sebagai bank beraset terbesar beberapa tahun lalu,
direksinya memiliki usia rata-rata 53,6 tahun.
Dalam
jajaran tersebut, CIMB Niaga adalah bank yang memiliki usia rata-rata direksi
di angka yang paling muda yaitu 50,3 tahun, yang tidak bisa dilepaskan dari
empat direksinya yang berusia 44 tahun, termasuk Tigor Siahaan. Akan tetapi di
luar 10 besar itu, tepatnya diundakan ke-11 yaitu Bank OCBC NISP, rata-rata
usia direksinya adalah 49 tahun.
Berdasarkan
riset yang sama, tim Stabilitas juga
menemukan bahwa jika dikaitkan dengan aset bank, tidak ada bank yang mengisi
kuadran pertama (kuadran yang paling ideal: bankir muda di bank beraset di atas
Rp200 triliun). Bank-bank beraset besar masih mengisi jajaran direksinya dengan
bankir-bankir senior berusia rata-rata di atas 50 tahun.
Sementara
itu, di industri perbankan syariah, berdasarkan riset dari Stabilitas juga, penerimaan terhadap bankir-bankir muda lebih
terbuka. Rata-rata bankir berusia muda di bank yang tidak mengenakan sistem
bunga dalam operasionalnya itu, lebih rendah dari rata-rata usia koleganya di
konvensional. Dari 10 bank beraset terbesar di syariah, ada bank yang rata-rata
direksinya berusia 44 tahun yaitu Maybank Syariah. Di tempat berikutnya ada
bank BNI Syariah dengan usia rata-rata direksinya berada di angka 47 tahun.
Di luar negeri, fenomena
munculnya orang-orang muda di level direktur juga terjadi. Tahun lalu Majalah Forbes membuat sebuah daftar
eksekutif-eksekutif muda di usia 30 yang sudah menduduki managemen puncak di
sektor keuangan. Ada nama Jonathan Birnbaum yang pada usia 29 tahun sudah
menjabat Chief Operating Officer di Morgan Stanley, sebuah lembaga keuangan
raksasa asal AS. Dalam pekerjaannya, Jonathan membawahi sekitar 100 bankir yang
memperdagangkan surat utang terkait investment
grade.
Morgan Stanley juga memiliki Jeffrey
Sun, seorang direktur eksekutif berusia 29 tahun yang merupakan pedagang utama
perusahaan dalam opsi produk minyak, mengelola eksposur bank investasi untuk
hal-hal seperti bahan bakar jet dan diesel.
Goldman Sachs, raksasa keuangan
lainnya juga memiliki tiga pegawainya dalam daftar itu, termasuk Andrew
Silverman, seorang bond trader yang pada usia 28 tahun baru-baru ini
dipromosikan menjadi managing director.
Kini
ketika makin banyak bankir-bankir yang tergolong millenials yang mengisi kursi-kursi
di perbankan, ditambah praktik digital yang sudah merangsek ke segala sektor, bukan
tidak mungkin dalam 5-10 tahun ke depan akan ada direktur bank yang berusia
30-an.
(DIPUBLIKASIKAN SEPT-OKT 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar