Selasa, 19 Januari 2016

Dari Investor Australia ke Jepang?

Episode rencana penjualan saham ANZ di Bank Panin tampaknya akan segera memasuki babak baru setelah dua bank asal Jepang masuk daftar paling atas sebagai penawar terpilih. Akan tetapi pemilik mayoritas tampaknya masih enggan memberikan kursi dewan bagi calon pemilik baru.

Pengetatan aturan modal yang terjadi di Australia mungkin menjadi berkah tersendiri bagi lembaga keuangan asal Jepang. Sejak Januari 2013, otoritas keuangan Australia mendesak semua lembaga keuangannya untuk memperkuat permodalannya, salah satunya dengan cara mengurangi seluruh nilai investasi pada kepemilikan saham minoritas di luar negeri.
Aturan itu memaksa salah satu raksasa keuangan Australia ANZ, melepas kepemilikan 38,8 persen sahamnya pada Bank Panin. Dan rencana penjualan saham itu baru saja memasuki babak baru dengan dilepasnya saham kepada investor Jepang.
Bulan lalu, seperti dikabarkan oleh jaringan media global, Bloomberg, lembaga keuangan asal Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc telah menyatakan minatnya untuk menyerap semua saham milik ANZ di Bank Panin. Bloomberg, yang mengutip pihak yang mengetahui persoalan namun menolak identitasnya disebut, mengatakan bahwa rencana lembaga keuangan terbesar Jepang tersebut berpotensi menimbulkan persaingan antara dua bank raksasa asal Negara Matahari Terbit. Karena selain Mitsubishi UFJ, ada pula Mizuho Financial Group Inc yang dikabarkan sebagai penawar terpilih untuk membeli saham Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Bank Panin.
Sebelumnya investor asal Taiwan yaitu Taiwan CTBC Financial Holding Co dan Fubon Financial Holding Co juga diundang untuk menyerahkan penawaran putaran kedua untuk saham, yang bernilai sekitar Rp8,84 triliun (648 juta dollar AS) dengan harga saham saat ini, kata Bloomberg.
Bahkan pada September muncul pula Banco Bilbao Vizcaya Argentaria SA (BBVA) bank asal Spanyol sebagai peminat saham ANZ pada putaran pertama, namun kemudian tidak melanjutkan penawarannya pada putaran kedua.
Penawaran putaran pertama yang diterima oleh ANZ adalah mereka yang memberi harga Bank Panin kurang dari dua kali aktiva bersih, jauh lebih rendah daripada penawaran-penawaran yang sebelumnya terjadi di perbankan di Indonesia. Saham ANZ bulan lalu diperdagangkan di 1,04 kali nilai buku selama ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Jika saham ANZ jadi diambil alih oleh Mitsubishi UFJ Financial Group Inc atau Mizuho Financial Group Inc, hal itu akan memperpanjang daftar lembaga keuangan Jepang yang melebarkan sayapnya ke industri keuangan Tanah Air.
Sumitomo Mitsui Financial Group Inc mengakuisisi saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional pada 2013 seharga 4,57 kali nilai bukunya. Kemudian diikuti oleh J Trust yang membeli Bank Mutiara seharga Rp4,4 triliun atau 3,5 nilai bukunya saat itu. Nilai itu jauh lebih kecil dari suntikan modal yang diberikan pemerintah dengan duit APBN ketika mengobati bank tersebut yaitu mencapai Rp8 triliun. Setahun sebelumnya, J Trus melalui tangan usahanya J Trust Asia yang berpusat di Singapura, mencaplok 10 persen saham Bank Mayapada, senilai Rp 556,53 miliar.
J Trust Co, Ltd merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang keuangan, real estate, sistem IT, dan bisnis hiburan yang beroperasi di Jepang dan dunia internasional. J Trust didirikan pada 18 Maret 1977 dengan modal 53,5 miliar yen dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.
J Trus Grup, menyebut diri mereka sendiri sebagai perusahaan yang dengan cepat memperluas bisnisnya sebagai penyedia jasa keuangan ritel yang komprehensif dengan strategi merger dan akuisisi yang agresif serta pembelian utang. Usaha Grup berpusat pada jasa keuangan tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan lain dari real estate untuk hiburan, termasuk kegiatan bisnis di luar negeri.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki mengatakan akhir tahun lalu bahwa negaranya akan semakin meningkatkan penanaman modalnya ke Indonesia dan dan tetap menjadi investor terbesar pada 2015. “Banyak negara yang tertarik dengan Indoesia, dan kami sepakat di Indonesia akan banyak peluang untuk investasi. Karena itu, saya berpikir investasi Jepang di Indonesia akan lebih banyak, dan sekarang Jepang menjadi penanam investasi nomor satu di Indonesia," katanya bulan lalu.
Bank-bank di Jepang memang tengah mencari pasar untuk meningkatkan pertumbuhan bisnisnya karena di negaranya peluang pertumbuhan semakin menipis di tengah semakin meningkatnya populasi usia tua dan menurunnya keuntungan dari bisnis bank. Dan Indonesia sebagai negara keempat terpadat di dunia, beserta negara Asia Tenggara lain disebut-sebut sebagai solusi dari kebuntuan bisnis di negara tersebut.
Sebelumnya Mitsubishi UFJ menghabiskan sekitar 5 miliar dollar AS mengakuisisi bank asal Thailand, Bank Ayudhya Pcl pada 2013. Mizuho membeli 15 persen dari lembaga keuangan terbesar di Vietnam, Joint-Stock Bank for Foreign Trade of Vietnam, atau Vietcombank, pada tahun 2011. Mizuho juga melakukan negosiasi awal untuk menjadi saham pengendali di lembaga keuangan yaitu Filipina Bank of Commerce.

Tantangan dari Pemilik
Meski demikian, investor peminat Bank Panin harus benar-benar meyakinkan pemilik yaitu Keluarga Gunadi Gunawan yang enggan untuk memberikan jatah kursi pada dewan direktur atau komisaris pada investor baru.
Saat ini pemegang saham Panin Bank adalah Gunawan lewat Panin Financial sekitar 44,68 persen, ANZ Banking Group of Australia lewat Votraint sebesar 38,82 persen dan publik sebesar 15,50 persen.
Tiga tahun lalu, Votraint sempat melangsungkan operasi untuk menjadi pemegang saham pengendali di bank tersebut. Akan tetapi rapat umum pemegang saham RUPS menolak rencana tersebut karena itikad baiknya diragukan, kata seorang pejabat teras Bank Panin saat itu.
Sumber itu mengatakan pada 2004, Votraint sudah mengatakan bahwa mereka tidak menginginkan menjadi pemegang saham pengendali di Panin. Saat itu, Votraint memiliki saham sekitar 28 persen, dan terus meningkat dengan membeli saham milik publik hingga saat ini sahamnya menjadi 38,82 persen. Selain itu, lanjut sumber itu, penolakan pemegang saham juga disebabkan karena Panin ingin menjaga citra sebagai bank nasional yang masih dimiliki pribumi.
Pada 2012, ANZ juga pernah berencana menambah porsi kepemilikannya di Panin dari saat ini 38,8 persen menjadi 83,2 persen melalui akuisisi saham Panin Financial. Untuk proses akuisisi tersebut, ANZ menunjuk Morgan Stanley sebagai penasihat keuangan.
Sementara itu, manajemen Bank Panin mengaku tidak mempermasalahkan siapapun investor yang berminat mengakuisisi saham ANZ, baik berasal dari Jepang, Timur Tengah atau negara manapun. Bank Panin kini dipimpin oleh Herwidayatmo mulai tahun ini menggantikan Rostian Syamsudin yang menjabat lebih dar dua periode.
Bank Panin merupakan salah satu bank komersial yang didirikan pada tahun 1971 hasil merger dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia. Panin Bank mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta tahun 1982 yang menjadikannya sebagai bank pertama yang diperdagangkan secara terbuka di bursa.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan para calon pembeli saham Bank Panin yang dimiliki ANZ wajib melakukan uji kelayakan dan kepantasan jika porsi yang dibeli mencapai di atas 25 persen.
Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan III OJK Irwan Lubis mengungkapkan hingga kini regulator hanya mengakui bahwa ANZ memiliki 24,9 persen saham Bank Panin. Meski, ANZ melalui Voltraint No. 1103 Pty Limited tercatat memiliki 38,82 persen.
Penyebabnya, kata Irwan, sejak awal berencana memiliki saham Bank Panin, ANZ telah menyatakan tak akan menempati posisi pemegang saham pengendali (PSP). Namun, Irwan melanjutkan, jika ada investor baru yang berniat membeli saham PNBN di atas 25 persen, wajib melakukan uji kelayakan dan kepantasan.
“Kalau sudah di atas 25 persen pasti jadi pemegang saham pengendali di proses seperti itu, jadi harus di fit and proper test mengenai calon pemiliknya dan sumber dananya,” jelas Irwan.
Sementara itu lanjut Irwan, beberapa bulan lalu, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc sempat melobi OJK terkait dengan rencana mereka pembelian saham bank lokal. (bloomberg dan berbagai sumber)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar